Beberapa aspek perkembangan yang dialami pada masa prasekolah pada umunya merupakan lanjutan dari perkembangan yang telah ada sejak bayi. Adapun aspek perkembangan sebagai berikut:
PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR
Perkembangan gerak motorik anak sendiri, sebagaimana dibedahkan Elizabeth B. Hurlock, seorang psikolog perkembangan dan pemerhati masalah anak merupakan perkembangan pergerakan jasmaniah melalui kegiatan saraf, urat, dan oto yang terkoordinasi. Aspek atau gerak motorik kasar, merupakan gerak anggota badan secara kasar, atau setidaknya dilakukan dengan gerakan-gerakan yang agak keras. Misalnya berjalan, naik turun tangga, melempar, dan menangkap bola yang disodorkan kepadanya.
Saat berusia 3 tahun, anak menikmati gerakan sederhana, seperti loncat-loncatan, melompat, dan lari kesana-kemari hanya demi kesenangan murni melakukan aktivitas tersebut. Aktivitas berlari-melompat ini tidak akan mendapat medali, tetapi bagi anak berusia 3 tahun, aktivitas tersebut merupakan sumber kebanggaan.
Saat berusia 4 tahun, anak masih menikmati aktivitas yang sama, tetapi mereka menjadi lebih suka berpetualang. Mereka memanjat dengan tangkas dan menunjukkan kemampuan atletis mereka yang luar biasa. Meskipun mereka sudah lama mampu memanjat tangga dengan satu kaki disetiap anak tangga, mereka baru mampu menuruni tangga dengan cara yang sama.
Di usia 5 tahun, anak semakin menyukai petualangan dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Bukanlah hal yang luar biasa bagi anak umur 5 tahun yang percaya diri untuk melakukan adegan yang menakutkan, mereka berlari cepat dan menyenangi balapan satu sama lain dan dengan orang tua.
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS
Adapun perkembangan gerak motorik halus sendiri adalah meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan kelompok otot dan saraf yang lebih kecil. Keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Kelompok otot dan saraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus seperti merobek, menggambar, dan menulis.
Pada usia 3 tahun, anak telah memiliki kemampuan untuk mengambil objek terkecil diantara ibu jari dan telunjuk untuk beberapa waktu. Di usia ini anak dapat membangun menara balok yang tinggi, selain itu mereka mulai dapat bermain dengan gambar bongkar pasang sederhana dan memasangkannya ditempat yang kososng dengan menekannya dengan kuat.
Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak lebih tepat. Kadang anak berumur 4 tahun bermasalah dalam membangun menara tinggi dengan balok karena, dengan keinginan mereka untuk meletakkan setiap balok dengan sempurna, mereka membongkar lagi balok yang sudah tersusun.
Saat berusia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak semakin meningkat. Tangan, lengan, dan jari semua bergerak bersama dibawah perintah mata. Menara sederhana tidak lagi menarik minat anak, yang sekarang ingin membangun sebuah rumah atau gereja, lengkap dengan menaranya.
BAHASA
Bahasa adalah suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada manusia bahasa ditandai oleh daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya suatu sistem aturan. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat beserta aturan-aturan untuk menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya. (Santrock, 2007)
Bahasa ditata dan diorganisasikan dengan sangat baik (Berko Gleason, 2005). Organisasi tersebut melibatkan lima sistem aturan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik.
Perubahan-perubahan dalam paragmatik juga mencirikan perkembangan bahasa anak-anak yang belia ini (Brayant, 2005). Perkembangan-perkembangan paragmatik yang terjadi selama tahun-tahun
prasekolah sebagai berikut :
Pada usia 3 tahun, anak-anak mengembangkan kemampuan untuk berbicara tentang hal-hal yang secara fisik tidak ada, mereka mengembangkan penguasaan mereka atas aspek bahasa, yang dikenal sebagai pemindahan (displacement), dan menghidupkan imajinasi mereka.
Anak-anak usia 4-5 tahun mengembangkan kepekaan besar terhadap kebutuhan orang lain dalam percakapan dengan mengubah pola percakapan mereka sesuai situasi. Mereka mebedakan cara berbicara antara dengan teman sebaya dan dengan orang yang lebih dewasa, dengan menggunakan bahasa formal dan lebih sopan.
Suatu ringkasan tentang tonggak sejarah perkembangan dalam bahasa diklasifikasikan oleh Roger
Browm (1973) sebagai berikut :
Tahap usia 35-40 bulan atau sekitar 3-4 tahun memiliki karakteristik yang mana anak mampu untuk meletakkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, seperti “Ini mobil yang ibu beli untukku”.
Tahap usia 41-46 bulan atau sekitar 4-5 tahun, jumlah rata-rata per kalimat adalah 3,75-4,50 dan sudah mampu mengoordinasikan antara kalimat-kalimat sederhana dan hubungan-hubungan proporsional, seperti “Jerry dan Cindy itu saudara”.
SOCIAL DAN MORAL
Perkembangan dalam aspek moral adalah perubahan-perubahan yang dialami seseorang menuju tingkat kedewasaan yang berlangsung yang menyangkut pertambahan pengetahuan seorang anak mengenai baik dan buruk. Perkembangan moral seseorang berkaitan erat dengan perkembangan sosial anak.
Robert J. Havighurst telah membagi tahap perkembangan moral seseorang kedalam empat tahap, tahap perkembangan moral yang terjadi pada usia pra sekolah yaitu anak belum dapat menafsirkan hal-hal yang tersirat dari sebuah perbuatan, antara perbuatan disengaja atau tidak, anak belum mengetahui, yang ia nilai hanyalah kenyataannya.
Namun demikian, sebagian ahli berpendapat bahwa masalah moral akan muncul manakalaterjadi suatu pertentangan ataupun konflik mengenai persoalan tujuan, rencana, hasrat, keinginan, serta harapan manusia.
Ketika anak-anak berhadapan dengan pertentangan yang dikemukakan diatas, proses yang mereka lakukan dalam menyelesaikan masalah permasalahan moral dapay untuk memotivasi agar memeperhatikan kepentingan orang lain dan kecendrungan untuk merasa tidak senang manakala mereka tidak memperhatikan kepentingan orang lain.
EMOSIONAL
Emosi merupakan perasaan yang merupakan perpaduan gejolak fisiologis dan perilaku yang terlibat didalamnya. Kemarahan, kesedihan, dan kegembiraan adalah diantara jenis bagian yang melingkupi emosi ini. Oleh karena itu, semua hal yang bersumber pada emosi harus diperhatikan karena jika tidak bisa melahirkan masalah besar.
Pada awal pertumbuhannya, seorang anak belum memiliki reaksi emosional terhadap objek yang bersifat abstrak, seperti mencintai keindahan, kejujuran, kebenaran, etika, dan estetika sebagaimana yang dimiliki oleh orang dewasa.
Anak usia pra sekolah pun akan memiliki bahasa tubuh yang khas dalam merefleksikan emosinya bila sedang marah, sedih, atau bahagia. Meski demikian kondisi tiap-tiap anak berbeda satu sama lain.
Menurut Dadang Hawari perbedaan emosi antar anak satu dengan yang lain dipengaruhi sikap, cara, dan kepribadian orang tua dalam memelihara, mengasuh, dan mendidik anaknya. Dalam paradigma yang lain ada factor lain diluar anak yang mempengaruhi perbedaan tersebut, salah satu yang mendasar adalah lingkungan dimana anak itu tinggal.
0 komentar:
Posting Komentar