Suatu stroke dapat menjadi memburuk meskipun suatu kedatangan yang dini
pada rumah sakit dan perawatan medis yang tepat. Adalah bukan tidak
biasa untuk suatu stroke dan suatu serangan jantung terjadi pada saat
yang bersamaan atau dalam kedekatannya yang sangat satu sama lain.
Sewaktu penyakit akut, menelan mungkin dipengaruhi. Kelemahan yang
mempengaruhi lengan, kaki, dan sisi muka dapat juga berdampak pada
otot-otot menelan. Suatu stroke yang menyebabkan kemampuan bicara yang
tidak jelas nampaknya mempengaruhi pasien pada mekanik-mekanik menelan
yang abnormal. Jika sampai makanan atau air liur memasuki trachea
sebagai gantinya kerongkongan ketika makan atau menelan, pneumonia atau
suatu infeksi paru dapat terjadi. Menelan yang abnormal dapat juga
terjadi tidak tergantung dari kemampuan bicara yang tidak jelas.
Karena suatu stroke seringkali dapat berakibat pada kelumpuhan,
bekuan-bekuan darah dapat berkembang pada suatu vena kaki (deep vein
thrombosis). Ini merupakan suatu risiko untuk suatu bekuan yang berjalan
keatas ke dan memondok didalam paru-paru - suatu situasi yang secara
potensial mengancam nyawa (pulmonary embolism). Ada sejumlah cara-cara
dimana dokter yang merawat dapat membantu mencegah bekuan-bekuan vena
kaki ini. Kelumpuhan yang berkepanjangan dapat juga menjurus pada
luka-luka atau lecet-lecet tekanan (suatu pecahnya kulit, yang disebut
decubitus ulcers), yang dapat dicegah dengan seringkali mereposisi
(membalikan) pasien oleh perawat atau penjaga-penjaga lain.
Pasien-pasien stroke seringkali mempunyai beberapa persoalan dengan
depresi sebagai bagian dari proses kesembuhan, yang perlu dikenali dan
dirawat.
Prognosis yang mengikuti suatu stroke dihubungkan pada keparahan dari
stroke dan berapa banyak dari otak yang telah dirusak. Beberapa
pasien-pasien kembali ke suatu kondisi yang mendekati normal dengan
kekakuan yang minimal atau kerusakan-kerusakan kemampuan berbicara.
Banyak pasien-pasien stroke ditinggalkan dengan persoalan-persoalan yang
permanen seperti hemiplegia (kelemahan pada satu sisi tubuh), aphasia
(kesulitan atau ketidakmampuan untuk berbicara), atau incontinence
(tidak dapat menahan) dari usus besar dan/atau kandung kemih. Suatu
jumlah yang signifikan dari orang-orang menjadi tidak sadarkan diri dan
meninggal setelah suatu stroke utama.
Jika suatu stroke adalah secara besar-besaran atau membinasakan pada
kemampuan seseorang untuk berpikir atau berfungsi, keluarga ditinggalkan
dengan beberapa keputusan-keputusan yang sangat sulit. Pada kasus-kasus
ini, adakalanya sebaiknya membatasi intervensi medis yang lebih jauh.
Adalah seringkali tepat untuk dokter dan keluarga pasien untuk
mendiskusikan dan menerapkan perintah-perintah untuk tidak menyadarkan
pasien pada kasus dari suatu cardiac arrest (berhentinya kerja jantung),
karena kwalitas hidup untuk pasien akan begitu buruk. Pada banyak
kasus-kasus, keputusan ini dibuat sedikit banyaknya lebih mudah jika
pasien telah membuat permintaan semacam ini ketika masih baik.
0 komentar:
Posting Komentar