Kamis, 26 Januari 2012

Jenis Komplikasii Yang Terjadi Setelah Stroke

Suatu stroke dapat menjadi memburuk meskipun suatu kedatangan yang dini pada rumah sakit dan perawatan medis yang tepat. Adalah bukan tidak biasa untuk suatu stroke dan suatu serangan jantung terjadi pada saat yang bersamaan atau dalam kedekatannya yang sangat satu sama lain.

Sewaktu penyakit akut, menelan mungkin dipengaruhi. Kelemahan yang mempengaruhi lengan, kaki, dan sisi muka dapat juga berdampak pada otot-otot menelan. Suatu stroke yang menyebabkan kemampuan bicara yang tidak jelas nampaknya mempengaruhi pasien pada mekanik-mekanik menelan yang abnormal. Jika sampai makanan atau air liur memasuki trachea sebagai gantinya kerongkongan ketika makan atau menelan, pneumonia atau suatu infeksi paru dapat terjadi. Menelan yang abnormal dapat juga terjadi tidak tergantung dari kemampuan bicara yang tidak jelas. Karena suatu stroke seringkali dapat berakibat pada kelumpuhan, bekuan-bekuan darah dapat berkembang pada suatu vena kaki (deep vein thrombosis). Ini merupakan suatu risiko untuk suatu bekuan yang berjalan keatas ke dan memondok didalam paru-paru - suatu situasi yang secara potensial mengancam nyawa (pulmonary embolism). Ada sejumlah cara-cara dimana dokter yang merawat dapat membantu mencegah bekuan-bekuan vena kaki ini. Kelumpuhan yang berkepanjangan dapat juga menjurus pada luka-luka atau lecet-lecet tekanan (suatu pecahnya kulit, yang disebut decubitus ulcers), yang dapat dicegah dengan seringkali mereposisi (membalikan) pasien oleh perawat atau penjaga-penjaga lain.

Pasien-pasien stroke seringkali mempunyai beberapa persoalan dengan depresi sebagai bagian dari proses kesembuhan, yang perlu dikenali dan dirawat.

Prognosis yang mengikuti suatu stroke dihubungkan pada keparahan dari stroke dan berapa banyak dari otak yang telah dirusak. Beberapa pasien-pasien kembali ke suatu kondisi yang mendekati normal dengan kekakuan yang minimal atau kerusakan-kerusakan kemampuan berbicara. Banyak pasien-pasien stroke ditinggalkan dengan persoalan-persoalan yang permanen seperti hemiplegia (kelemahan pada satu sisi tubuh), aphasia (kesulitan atau ketidakmampuan untuk berbicara), atau incontinence (tidak dapat menahan) dari usus besar dan/atau kandung kemih. Suatu jumlah yang signifikan dari orang-orang menjadi tidak sadarkan diri dan meninggal setelah suatu stroke utama.

Jika suatu stroke adalah secara besar-besaran atau membinasakan pada kemampuan seseorang untuk berpikir atau berfungsi, keluarga ditinggalkan dengan beberapa keputusan-keputusan yang sangat sulit. Pada kasus-kasus ini, adakalanya sebaiknya membatasi intervensi medis yang lebih jauh. Adalah seringkali tepat untuk dokter dan keluarga pasien untuk mendiskusikan dan menerapkan perintah-perintah untuk tidak menyadarkan pasien pada kasus dari suatu cardiac arrest (berhentinya kerja jantung), karena kwalitas hidup untuk pasien akan begitu buruk. Pada banyak kasus-kasus, keputusan ini dibuat sedikit banyaknya lebih mudah jika pasien telah membuat permintaan semacam ini ketika masih baik.

0 komentar:

Posting Komentar