Sebuah stroke adalah suatu keadaan darurat medis. Siapa saja yang
dicurigai mendapat suatu stroke harus dibawa ke suatu fasilitas medis
segera untuk evaluasi dan perawatan. Pada awalnya, dokter mengambil
suatu sejarah medis dari pasien jika ia sadar atau keluarga lain dengan
pasien jika mereka tersedia, dan melaksanakan suatu pengujian fisik.
Jika seseorang telah sedang ditangani oleh seorang dokter tertentu,
adalah ideal untuk dokter itu berpartisipasi dalam penilaian.
Pengetahuan sebelumnya dari pasien dapat memperbaiki keakuratan dari
evaluasi. Seorang ahli syaraf, seorang dokter yang spesialisasi pada
kelainan-kelainan dari sistim syaraf dan penyakit-penyakit otak, akan
seringkali membantu dalam diagnosis dan manajemen dari pasien-pasien
stroke. Hanya karena seseorang telah tidak jelas
bicaranya atau kelemahan pada satu sisi tubuh tidak harus menandakan
kejadian dari suatu stroke. Ada banyak kemungkinan-kemungkinan lain yang
bertanggung jawab untuk gejala-gejala ini. Kondisi-kondisi lain yang
dapat meniru suatu stroke termasuk:
* tumor-tumor otak,
* suatu bisul otak (suatu koleksi dari nanah didalam otak yang disebabkan oleh bakteri atau suatu jamur),
* sakit kepala migraine,
* perdarahan di otak secara spontan atau dari trauma,
* meningitis atau encephalitis,
* suatu overdosis dari obat-obat tertentu, atau
* suatu ketidakseimbangan dari sodium, calcium, atau glucose didalam
tubuh dapat juga menyebabkan perubahan-perubahan dalam sistim syaraf
yang dapat meniru suatu stroke.
Pada evaluasi stroke akut, banyak hal-hal akan terjadi pada saat yang
bersamaan. Ketika dokter sedang mengambil sejarah dan melaksanakan
pengujian fisik, staf-staf perawat akan mulai memonitor tanda-tanda
vital dari pasien, mendapatkan tes-tes darah, dan melakukan suatu
electrocardiogram (EKG atau ECG).
Bagian dari pengujian fisik yang telah menjadi standar adalah penggunaan
suatu skala stroke. The American Heart Association telah
mempublikasikan suatu petunjuk pada pengujian dari sistim syaraf untuk
membantu orang-orang penyedia perawatan menentukan keparahan dari suatu
stroke dan apakah intervensi yang agresif mungkin diberikan.
Ada suatu kerangka waktu yang sempit untuk intervensi dalam suatu stroke
akut dengan obat-obat untuk membalikan kehilangan dari suplai darah
pada bagian dari otak (silahkan lihat TPA dibawah). Pasien perlu
dievaluasi dan distabilkan secara tepat sebelum obat-obat penghancur
bekuan atau gumpalan dapat digunakan secara potensial.
Computerized tomography: Dalam rangka untuk membantu menentukan penyebab
dari suatu stroke yang dicurigai, suatu tes x-ray khusus yang disebut
suatu CT scan dari otak seringkali dilaksanakan. Suatu CT scan digunakan
untuk mencari perdarahan atau massa didalam otak, suatu situasi yang
sangat berbeda daripada stroke yang juga dirawat secara berbeda.
MRI scan: Magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan
gelombang-gelombang magnet daripada x-rays untuk mencitrakan (image)
otak. Gambar-gambar (images) MRI adalah jauh lebih detil daripada yang
dari CT, namun ini bukanlah suatu tes baris pertama dalam stroke. Dimana
suatu CT scan mungkin diselesaikan dalam waktu beberapa menit, suatu
MRI mungkin memakan waktu lebih dari satu jam untuk diselesaikan. Suatu
MRI mungkin dilaksanakan kemudian didalam perjalanan perawatan pasien
jika detil-detil yang lebih halus diperlukan untuk membuat keputusan
medis yang lebih jauh. Orang-orang dengan alat-alat medis tertentu
(contohnya, pemacu jantung) atau metal (logam) lain didalam tubuhnya,
tidak dapat dipaparkan pada medan magnet yang kuat dari suatu MRI.
Metode-metode lain dari teknologi MRI: Suatu MRI scan dapat juga
digunakan untuk secara khusus melihat pembuluh-pembuluh darah secara
non-invasif (tanpa menggunakan tabung-tabung atau suntikan-suntikan),
suatu prosedur yang disebut suatu MRA (magnetic resonance angiogram).
Metode MRI lain yang disebut diffusion weighted imaging (DWI) sedang
ditawarkan pada beberapa pusat-pusat medis. Teknik ini dapat mendeteksi
area kelainan beberapa menit setelah aliran darah ke suatu bagian dari
otak telah berhenti, sedangkan suatu MRI konvensional mungkin tidak
mendeteksi suatu stroke hingga sampai enam jam setelah ia telah mulai,
dan suatu CT scan adakalanya tidak dapat mendeteksinya sampai ia berumur
12 sampai 24 jam. Sekali lagi, ini adalah bukan tes garis pertama dalam
mengevaluasi seorang pasien stroke, ketika waktu adalah sangat penting.
Computerized tomography dengan angiography: Menggunakan dye yang
disuntikan kedalam suatu vena di tangan, gambar-gambar dari
pembuluh-pembukuh darah didalam otak dapat memberikan informasi tentang
aneurysms atau arteriovenous malformations. Begitu juga,
kelainan-kelainan lain dari aliran darah otak mungkin dievaluasi. Dengan
peningkatan teknologi yang canggih, CT angiography telah menggantikan
angiogram-angiogram konvensional.
Angiogram Konvensional: Suatu angiogram adalah tes lain yang adakalanya
digunakan untuk melihat pembuluh-pembuluh darah. Suatu tabung kateter
yang panjang dimasukkan kedalam suatu arteri (biasanya di area pangkal
paha) dan dye disuntikan ketika x-rays secara simultan diambil. Dimana
suatu angiogram memberikan beberapa dari gambar-gambar yang paling detil
dari anatomi pembuluh darah, ia juga adalah suatu prosedur invasif dan
digunakan hanya ketika diperlukan secara mutlak. Contohnya, suatu
angiogram dilakukan setelah suatu hemorrhage ketika sumber perdarahan
yang tepat perlu diidentifikasi. Ia juga adakalanya dilaksanakan untuk
secara akurat mengevaluasi kondisi dari suatu arteri karotid ketika
operasi untuk membuka halangan pembuluh darah itu direnungkan.
Carotid Doppler ultrasound: Suatu carotid Doppler ultrasound adalah
suatu metode non-invasif yang menggunakan gelombang-gelombang suara
untuk menyaring/melihat penyempitan-penyempitan dan pengurangan aliran
darah pada arteri karotid (arteri utama pada leher yang mensuplai darah
ke otak).
Tes-Tes Jantung: Tes-tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung
seringkali dilaksanakan pada pasien-pasien stroke untk mencari sumber
dari suatu embolism. Suatu echocardiogram adalah suatu tes gelombang
suara yang dilakukan dengan meletakkan alat microphone pada dada atau
menuruni kerongkongan (transesophageal echocardiogram) dalam rangka
untuk melihat kamar-kamar jantung. Suatu monitor Holter adalah serupa
dengan suatu electrocardiogram (EKG) reguler, namun penempel-penempel
electrode tetap pada dada untuk 24 jam atau lebih lama dalam rangka
untuk mengidentifikasi suatu irama jantung yang salah/cacat.
Tes-Tes Darah: Tes-tes darah seperti suatu angka pengendapan
(sedimentation rate) dan C-reactive protein dilakukan untuk mencari
tanda-tanda dari peradangan yang dapat menyarankan arteri-arteri yang
meradang. Protein-protein darah tertentu yang dapat meningkatkan
kesempatan stroke dengan menebalkan atau mengentalkan darah diukur.
Tes-tes ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab stroke
yang dapat dirawat atau untuk membantu mencegah luka yang lebih jauh.
Tes-tes penyaringan darah yang mencari infeksi yang potensial, anemia,
fungsi ginjal, dan kelainan-kelainan elektrolit mungkin juga
dipertimbangkan.
0 komentar:
Posting Komentar