Jumat, 10 Januari 2014

Cara pembuatan seni batik cap

Meski cap dapat mempercepat proses pembuatan karya seni kriya batik, pembuatan capnya sendiri tidaklah sesederhana yang kita pikirkan. Butuh waktu yang lama dan memerlukan banyak langkah, serta tentu perajin cap yang mumpuni. Langkah awal pembuatan cap dimulai dengan mendesain motif batik cap, dengan cara membuat sketsa desain secara manual pada kertas roti atau kertas kalkir, maupun dengan bantuan teknologi desain grafis pada komputer.

Biasanya motif geometris dibuat dengan komputer, sebab motif ini mudah diulang dengan ‘copypaste’. Motif yang meliuk-liuk seperti flora dibuat secara manual, sebab motif ini memiliki detail yang lebih rumit dan lebih tidak terukur.

Langkah berikutnya adalah membuat ancak, yakni rangka dasar untuk pemasangan motif cap. Motif cap akan direkatkan ke rangka ini agar kokoh dan tidak lepas atau bergeser. Membuat matriks rangka ini saja memerlukan keahlian dan ketelitian dalam hal teknik penguncian antar sambungan pelat agar rangka ini kokoh.Kemudian dimulailah membuat motif tembaganya. Ini bagian yang paling menarik, karena kita bisa melihat bagaimana si perajin cap mentransformasi motif yang ada di kertas contekan menjadi motif dari potongan-potongan pelat tembaga.

Melihat bagaimana ia mengukur panjang pelat dengan alat jangka, lalu menekuk-nekuknya dengan pinset besi agar sesuai dengan liukan pola di kertas, akan membuat kita terkagum-kagum. Saat melihat bagian ini pula, umumnya timbul keinginan untuk bisa menirukan cara si perajin dalam mengukur dan menekuk pelat. Dan memang, untuk bisa memahami dan menghargai cara membuat cap ini, satu-satunya cara adalah melihat dan mempraktekkannya langsung.

Setelah membentuk motif besarnya, pekerjaan selanjutnya adalah mengisi ruang-ruang kosong di antara motif tembaga itu dengan pola tutul (titik-titik) menggunakan logam seng yang dibentuk menyerupai sisir. Batang-batang ‘sisir’ yang lancip menghadap ke atas dan memenuhi ruang kosong yang diisinya. Berikutnya, perajin membuat pola tembokan –bagian motif yang seluruhnya ditutup malam– lalu pola bajelan, yang berfungsi sebagai pengganjal agar motif yang sudah terpasang tetap kokoh di tempatnya. Bagian membuat motif tembaga ini membutuhkan waktu paling lama, karena si perajin harus menyelesaikan semua lekukan, sambungan, dan juga titik-titik sesuai motif di kertas.

Pekerjaan membuat cap belum selesai sampai di sini. Masih banyak tahapan lain sampai cap itu benar-benar siap dipakai. Berikutnya adalah membuat siwer, bagian penghubung untuk melekatkan gagang cap dengan rangka ancak. Gagang cap ini juga mesti dibuat secara manual dari besi. Lalu pemasangan titik pengulangan motif (sentil), dan pematrian motif serta seluruh sambungan dan celah di dalam cap menggunakan campuran patri dan bubuk besi. Cap kemudian dibakar dalam arang membara agar sambungan patri ini mengeras dan cap pun kokoh.

Proses berikutnya adalah penataan, yakni pencabutan kembali kuncian-kuncian sementara pada rangka cap, karena kini motif cap sudah permanen oleh pematrian. Si perajin kemudian menuang cap dengan cairan gondorukem panas, yang akan mengeras dalam dua jam. Permukaan cap yang tertutup gondorukem padat ini digosok dengan logam bergerigi seperti gergaji, sampai motifnya terlihat kembali dengan lebih mengilat dan rata di seluruh permukaan.

Cap dipanaskan lagi di dalam wajan untuk mencairkan gondorukem, hingga diperolehlah cap hasil akhir dengan bagian motifnya yang mengilat dan rata.
Terakhir, dilakukan tes cap pada kain atau kertas. Jika hasil cap belum rata atau motifnya ada yang kurang jelas ataupun garisnya terputus, dilakukan lagi pengulangan dari tahap penuangan gondorukem. Jika hasil cap sudah seperti yang diharapkan, barulah cap itu siap dipakai.

0 komentar:

Posting Komentar