ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
- Tumbuh kembang masa kehidupan anak terhambat.
- Tidak nafsu makan.
- Diare.
- Kehilangan lemak tubuh.
- Demam berulang akibat infeksi.
- Anemia berat dan lama biasanya menyebabkan pembesaran jantung.
- Hepatosplenomegali, ikterus ringan.
- Perubahan pada tulang yang menetap (bentuk muka mongoloid akibat sistem eritropoesis yang hiperaktif).
- Penipisan korteks tulang panjang, tangan, dan kaki (mencegah Fraktur patologis)
- Epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada tungkai, dan batu empedu.
- Pansitopenia akibat hipersplenisme.
- Hemosiderosis (keterlambatan menars dan gangguan perkembangan sifat seks sekunder).
- Pankreas (diabetes).
- Hati (sirosis).
- Otot jantung (aritmia, gangguan hantaran, gagal jantung).
- Perikardium (perikarditis).
- Perubahan perfusi jaringan b/d anemia berat.
- Risiko tinggi infeksi b/d transfusi.
- Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan nutrisi dari tubuh.
- Risiko tinggi trauma b/d deformitas skelet.
- Nyeri b/d produk-produk kimia.
1. Perubahan perfusi jaringan b/d anemia berat.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan perfusi jaringan.
Intervensi :
- Kaji kulit untuk rasa dingin, pucat, sianosis, diaforesis, perlambatan pengisian kapiler.
R/ Perubahan menunjukkan penurunan sirkulasi/hipoksia yang meningkatkan oklusi kapiler. - Kaji perubahan warna pada kulit, perhatikan bagian ekstremitas bawah/tungkai.
R/ Penurunan sirkulasi perifer sering menimbulkan perubahan dermal dan perlambatan penyembuhan. - Pertahankan suhu lingkungan dan kehangatan tubuh.
R/ Mencegah vasokonstriksi; membantu dalam mempertahankan sirkulasi dan perfusi. - Awasi pemeriksaan laboratorium, mis: GDA, darah lengkap, AST (SGOT)/ALT (SGPT), CPK, BUN.
R/ Penurunan perfusi jaringan dapat menimbulkan infark terhadap organ jaringan seperti otak, hati, limpa, ginjal, jantung, dan sebagainya dengan konsekuensi pelepasan enzim intraseluler.
Tujuan : Tidak demam dan bebas dari pengeluaran/sekresi purulen, dan tanda-tanda lain dari kondisi infeksi.
Intervensi :
- Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan.
R/ Mengurangi risiko kontaminasi silang. - Periksa adanya luka/lokasi alat invasif, perhatikan tanda-tanda inflamasi/infeksi lokal.
R/ Identifikasi/perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis. - Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi.
R/ Mengurangi risiko kemungkinan infeksi. - Pantau kecenderungan suhu.
R/ Demam disebabkan oleh efek-efek dari endotoksin pada hipotalamus dan endorfin yang melepaskan pirogen. Hipotermia adalah tanda-tanda genting yang merefleksikan perkembangan status syok/penurunan perfusi jaringan. - Pantau tanda-tanda penyimpangan kondisi/kegagalan untuk membaik selama masa terapi.
R/ Dapat menunjukkan ketidaktepatan/ketidakadekuatan terapi antibiotik atau pertumbuhan berlebihan dari organisme resisten/oportunistik. - Kolaborasi pemberian obat anti infeksi sesuai indikasi.
R/ Dapat membasmi/memberikan imunitas sementara untuk infeksi.
Tujuan : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari).
Intervensi :
1) Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/AKS normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas.
R/ Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2) Awasi TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas. Catat respons terhadap aktivitas (mis: peningkatan denyut jantung/TD, disritmia, pusing, dispnea, takipnea, dan sebagainya).
R/ Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
3) Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tak direncanakan.
R/ Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
4) Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas.
R/ Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan pada sistem jantung dan pernapasan.
5) Gunakan teknik penghematan energi, mis: mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas.
R/ Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan.
6) Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.
R/ Regangan/stress kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan dekompensasi/kegagalan.
4. Risiko tinggi trauma b/d deformitas skelet.
Tujuan : Menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas skelet.
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi.
2) Pertahankan posisi netral pada bagian yang sakit.
R/ Posisi yang tepat dapat mencegah tekanan deformitas.
3) Dorong pasien untuk secara hati-hati memposisikan tungkai yang sakit.
R/ Mencegah ketidaknyamanan dan risiko cedera.
5. Nyeri b/d produk-produk kimia.
Tujuan : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
Intervensi :
1) Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri.
R/ Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi, dan keefektifan intervensi.
2) Kontrol suhu lingkungan.
R/ Dingin pada sekitar ruangan membantu meminimalkan ketidaknyamanan kulit.
3) Pertahankan tirah baring sesuai program.
R/ Tirah baring mengurangi penggunaan energi dan membantu mengontrol nyeri dan mengurangi kontraksi otot.
4) Dorong menggunakan teknik relaksasi. Berikan aktivitas senggang.
R/ Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian sehingga menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
R/ Menghilangkan/membantu dalam manajemen nyeri.
IV. EVALUASI
- Menunjukkan perbaikan perfusi jaringan.
- Tidak demam dan bebas dari pengeluaran/sekresi purulen, dan tanda-tanda lain dari kondisi infeksi.
- Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari).
- Menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas skelet.
- Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar