Minggu, 08 Juli 2012

Asuhan keperawatan sinusitis

I. PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dan gejala sakit kepala, sakit tenggorok, dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi hidung, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa tidak nyaman umum dan keletihan. Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa jika ada yang dapat menghilangkan atau meringankan gejala tersebut, dan apa yang memperburuk gejala tersebut adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang timbul bersamaan.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi.
  2. Nyeri b/d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi.
  3. Gangguan komunikasi verbal b/d iritasi jalan napas atas akibat infeksi atau pembengkakan.
  4. Defisit volume cairan b/d peningkatan kehilangan cairan akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam.
  5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakit yang diderita dan pengobatannya.
III. INTERVENSI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi.
Tujuan: Potensi jalan napas dengan cairan sekret mudah dikeluarkan.
Intervensi:
1) Tingkatkan masukan cairan. Tawarkan air hangat daripada dingin.
R/ Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
2) Ciptakan lingkungan yang lembab dengan vaporizer ruangan atau menghirup uap.
R/ Mengencerkan sekresi dan mengurangi inflamasi membran mukosa.
3) Instruksikan posisi yang terbaik, mis: posisi tegak.
R/ Meningkatkan drainase dari sinus.

2. Nyeri b/d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi.
Tujuan: Nyeri teratasi atau berkurang.
Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri dengan skala 0-10.
R/ Memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri dan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri.
2) Catat lokasi dan faktor-faktor pencetus nyeri.
R/ Membantu dalam menentukan penanganan/manajemen nyeri dan keefektifan asuhan.
3) Sarankan pasien untuk istirahat.
R/ Membantu menghilangkan rasa tidak nyaman umum atau demam.
4) Dorong pasien untuk menggunakan analgesik, seperti asetaminofen (Tylenol) dengan kodein, sesuai yang diresepkan.
R/ Mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari ‘puncak’ periode nyeri dan kenyamanan/koping emosi.

3. Gangguan komunikasi verbal b/d iritasi jalan napas atas akibat infeksi atau pembengkakan.
Tujuan: Menyatakan kebutuhan dalam cara yang efektif.
Intervensi:
1) Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain, contoh pendengaran, penglihatan, literasi.
R/ Adanya masalah lain akan mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi.
2) Berikan cara-cara yang cepat dan kontinu untuk memanggil perawat, contoh lampu/bel pemanggil.
R/ Pasien memerlukan keyakinan bahwa perawat waspada dan akan berespon terhadap panggilan.
3) Berikan pilihan cara berkomunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien, mis:papan dan pensil, magic slate, papan alfabet/gambar, bahasa isyarat.
R/ Memungkinkan pasien untuk menyatakan kebutuhan/masalah.
4) Instruksikan pasien untuk tidak berbicara / menghindari pembicaraan sedapat mungkin.
R/ Regangan pita suara lebih lanjut dapat menghambat pulihnya suara dengan sempurna.

4. Defisit volume cairan b/d peningkatan kehilangan cairan akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam.
Tujuan: Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter individual yang tepat, mis: membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.
Intervensi:
1) Kaji perubahan tanda vital, contoh: peningkatan suhu/demam memanjang, takikardia, hipotensi ortostatik.
R/ Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi. TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik.
2) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).
R/ Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.
3) Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tak tampak.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian.
4) Anjurkan pasien untuk minum 2 sampai 3 liter cairan sehari (kecuali ada kontraindikasi).
R/ Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi.

5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakit yang diderita dan pengobatannya.
Tujuan: Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi:
1) Berikan penjelasan pada pasien tentang proses penyakitnya.
R/ Menambah pengetahuan pasien tentang penyakit yang dideritanya.
2) Tekankan pentingnya perawatan oral / kebersihan gigi.
R/ Menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut, dimana dapat menimbulkan infeksi saluran napas atas.
3) Instruksikan pasien tentang pentingnya tindakan kesehatan yang baik, diet yang bergizi, olahraga yang sesuai, istirahat serta tidur yang cukup.
R/ Mendukung daya tahan tubuh dan mengurangi kerentanan terhadap infeksi pernapasan.
4) Instruksikan pasien tentang cara mencegah infeksi silang pada anggota keluarga ataupun orang lain.
R/ Mencegah penyebaran infeksi.

IV. EVALUASI
  1. Potensi jalan napas dengan cairan sekret mudah dikeluarkan.
  2. Nyeri teratasi atau berkurang.
  3. Menyatakan kebutuhan dalam cara yang efektif.
  4. Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter individual yang tepat, mis: membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.
  5. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Charles, J.Reeves, dkk. 2001. Buku 1 Keperawatan Medikal Bedah Ed. I. Salemba Medika. Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar