Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:- Aktivitas/istirahat:
- Gejala:
- Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama)
- Gejala:
- Sirkulasi
- Tanda:
- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
- Tanda:
- Eliminasi
- Gejala:
- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
- Penurunan volume urine
- Rasa terbakar, dorongan berkemih
- Diare
- Tanda:
- Oliguria, hematuria, piouria
- Perubahan pola berkemih
- Gejala:
- Makanan dan cairan:
- Gejala:
- Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
- Tanda:
- Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
- Muntah
- Gejala:
- Nyeri dan kenyamanan:
- Gejala:
- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
- Tanda:
- Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
- Gejala:
- Keamanan:
- Gejala:
- Penggunaan alkohol
- Demam/menggigil
- Gejala:
- Penyuluhan/pembelajaran:
- Gejala:
- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis
- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
- Gejala:
Tes Diagnostik
Lihat konsep medis.DIAGNOSA KEPERAWATAN BATU GINJAL
- Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler.
- Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
- Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) berhubungan dengan mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
- Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
INTERVENSI KEPERAWATAN
- Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler.
- Intervensi:
- Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan
penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan
DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar
Rasional: Membantu evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan gelisah, takut/cemas - Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kepada staf perawatan setiap perubahan karakteristik nyeri yang terjadi
Rasional: Melaporkan nyeri secara dini memberikan kesempatan pemberian analgesi pada waktu yang tepat dan membantu meningkatkan kemampuan koping klien dalam menurunkan ansietas. - Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kepada staf perawatan setiap perubahan karakteristik nyeri yang terjadi
Rasional: Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot. - Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik
Rasional: Mengalihkan perhatian dan membantu relaksasi otot - Bantu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi aktif) sesuai
indikasi disertai asupan cairan sedikitnya 3-4 liter perhari dalam batas
toleransi jantung.
Rasional: Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine dan mencegah pembentukan batu selanjutnya - Perhatikan peningkatan/menetapnya keluhan nyeri abdomen
Rasional: Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasiurine ke dalam area perrenal, hal ini merupakan kedaruratan bedah akut - Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi:
- Analgetik
- Antispasmodik
- Kortikosteroid
Rasional:- Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik ureter dan meningkatkan relaksasi otot/mental
- Menurunkan refleks spasme, dapat menurunkan kolik dan nyeri.
- Mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu
- Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan
Rasional: Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan risiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi
- Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan
penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan
DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar
- Intervensi:
- Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
- Intervensi:
- Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine, catat adanya keluaran batu.
Rasional: Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi. Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi - Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi yang terjadi
Rasional: Batu saluran kemih dapat menyebabkan peningkatan eksitabilitas saraf sehingga menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila batu mendekati pertemuan uretrovesikal. - Dorong peningkatan asupan cairan
Rasional: Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, debris dan membantu lewatnya batu - Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
Rasional: Akumulasi sisa uremik dan ketidak seimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP - Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)
Rasional: Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit menjukkan disfungsi ginjal - Berikan obat sesuai indikasi:
- Asetazolamid (Diamox), Alupurinol (Ziloprim)
- Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), Klortalidon (Higroton)
- Amonium klorida, kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika)
- Agen antigout mis: Alupurinol (Ziloprim)
- Antibiotika
- Natrium bikarbonat
- Asam askorbat
Rasional:- Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk menurnkan pembentukan batu asam.
- Mencegah stasis urine dan menurunkan pembentukan batu kalsium.
- Menurunkan pembentukan batu fosfat
- Menurnkan produksi asam urat.
- Mungkin diperlukan bila ada ISK
- Mengganti kehilangan yang tidak dapat teratasi selama pembuangan bikarbonat dan atau alkalinisasi urine, dapat mencegah pemebntukan batu.
- Mengasamkan urine untuk mencegah berulangnay pembentukan batu alkalin.
- Pertahankan patensi kateter tak menetap (uereteral, uretral atau nefrostomi).
Rasional: Mungkin diperlukan untuk membantu kelancaran aliran urine. - Irigasi dengan larutan asam atau alkali sesuai indikasi
Rasional: Mengubah pH urien dapat membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu selanjutnya. - Siapkan klien dan bantu prosedur endoskopi
Rasional: Berbagai prosedur endo-urologi dapat dilakukan untuk mengeluarkan batu
- Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine, catat adanya keluaran batu.
- Intervensi:
- Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) berhubungan dengan mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
- Intervensi:
- Awasi asupan dan haluaran
Rasional: Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan ginjal - Catat insiden dan karakteristik muntah, diare
Rasional: Mual/muntah dan diare secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf ganglion seliaka menghubungkan kedua ginjal dengan lambung - Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari
Rasional: Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis, juga dimaksudkan sebagai upaya membilas batu keluar - Awasi tanda vital.
Rasional: Indikator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi - Timbang berat badan setiap hari
Rasional: Peningkatan BB yang cepat mungkin berhubungan dengan retensi - Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan elektrolit
Rasional: Mengkaji hidrasi dan efektiviatas intervensi - Berikan cairan infus sesuai program terapi
Rasional: Mempertahankan volume sirkulasi (bila asupan per oral tidak cukup) - Kolaborasi pemberian diet sesuai keadaan klien
Rasional: Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas saluran cerna, mengurangi iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi - Berikan obat sesuai program terapi (antiemetik misalnya Proklorperasin/ Campazin).
Rasional: Antiemetik mungkin diperlukan untuk menurunkan mual/muntah
- Awasi asupan dan haluaran
- Intervensi:
- Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi
yang ada.
- Intervensi:
- Tekankan pentingnya memperta-hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari
Rasional: Pembilasan sistem ginjal menurunkan kesemapatan stasis ginjal dan pembentukan batu - Kaji ulang program diet sesuai indikasi.
- Diet rendah purin
- Diet rendah kalsium
- Diet rendah oksalat
- Diet rendah kalsium/fosfat
Rasional: Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan tipe batu yang ditemukan - Diskusikan program obat-obatan, hindari obat yang dijual bebas
Rasional: Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk mengoreksi asiditas atau alkalinitas urine tergantung penyebab dasar pembentukan batu - Jelaskan tentang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik (nyeri berulang, hematuria, oliguria)
Rasional: Pengenalan dini tanda/gejala berulangnya pembentukan batu diperlukan untuk memperoleh intervensi yang cepat sebelum timbul komplikasi serius - Tunjukkan perawatan yang tepat terhadap luka insisi dan kateter bila ada.
Rasional: Meningkatakan kemampuan rawat diri dan kemandirian
- Tekankan pentingnya memperta-hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari
- Intervensi:
DAFTAR PUSTAKA
- Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
- Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
- Purnomo, BB ( 2000), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta
- Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar