Kamis, 26 Januari 2012

Cara Menghindari dan Mengatasi Keputihan

Hampir setiap wanita pernah mengalaminya. Bahkan, si Upik pun, bisa
keputihan. Penyebabnya amat beragam. Simak fakta-fakta penting tentang
keputihan alias pektay.

Dalam keadaan normal, vagina memproduksi cairan yang berwarna bening,
tidak berbau, tidak berwarna, dan jumlahnya tak berlebihan. Cairan ini
berfungsi sebagai sistem perlindungan alami, mengurangi gesekan
dinding vagina saat berjalan dan saat melakukan hubungan seksual.
Selain cairan, di jaringan vagina juga hidup kuman pelindung (flora
doderleins). Pada keadaan normal, jumlahnya cukup dominan dengan
fungsi menjaga keseimbangan ekosistem vagina. Nah, pada beberapa
kondisi hormonal, keseimbangan itu terganggu. "Misalnya, saat stres,
menjelang dan setelah haid, kelelahan, diabetes, saat terangsang,
hamil, atau mengonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB," jelas
ginekolog dr. Arju Anita, Sp.OG.

Gangguan hormonal ini membuat cairan vagina yang keluar sedikit
berlebih. Inilah yang disebut keputihan (lekore atau flour albus).
"Tapi keputihan akibat perubahan hormonal biasanya masih dalam taraf
normal karena tidak ada perubahan warna, bau, atau rasa gatal,"
lanjutnya.

Lain hal dengan keputihan yang sifatnya abnormal yang umumnya dipicu
kuman penyakit (pathogen) dan menyebabkan infeksi. Akibatnya, timbul
gejala-gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya warna cairan
menjadi kekuningan hingga kehijauan, jumlah berlebih, bahkan bisa
sampai keluar dari celana dalam, kental, lengket, berbau tidak sedap
atau busuk, terasa sangat gatal atau panas, dan menimbulkan luka di
daerah mulut vagina.

Jika itu yang terjadi, lebih baik konsultasi ke dokter kandungan.
Dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium dengan cara mengambil
sedikit cairan untuk diperiksa, mengandung kuman atau tidak.

1. JAMUR VS VIRUS
Keputihan bisa karena banyak hal. Benda asing, luka pada vagina, kotoran
dari lingkungan, air tak bersih, pemakaian tampon atau panty liner
berkesinambungan. Semua ini potensial membawa jamur, bakteri, virus,
dan parasit:

a. Jamur Candidas atau Monilia
Warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal
pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang.
Biasanya, kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan
rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir juga
bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan tanpa
sengaja menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut.

b. Parasit Trichomonas Vaginalis
Ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau bibir kloset.
Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau
kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan
gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan.

c. Bakteri Gardnella
Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan
keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Beberapa jenis bakteri lain
juga memicu munculnya penyakit kelamin seperti sifilis dan gonorrhoea.

d. Virus
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit
kelamin, seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai
tumbuhnya kutil-kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini
sering pula menjangkiti wanita hamil. Sedang virus herpes ditularkan
lewat hubungan badan. Bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di
sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas.
Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu kanker
rahim.

2. JANGAN LUPA GANTI TAMPON
Tak perlu panik jika keputihan. Umumnya, wanita memang mengalami
keputihan, apalagi di Indonesia yang tingkat kelembapan udaranya
tinggi. Untuk mencegahnya, simak beberapa hal berikut:

a. Selalu jaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin. Bulu
vagina (pubis) yang terlampau tebal bisa dijadikan tempat sembunyi
kuman. Jadi, jangan lupa menggunting atau membersihkannya agar
pemberian obat keputihan berupa salep lebih mudah menyerap.

b. Biasakan membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan
gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang
air dan mandi.

c. Ganti tampon atau panty liner pada waktunya. Jangan terlalu
kelamaan agar bakteri tidak
mengumpul.

d. Jika keputihan masih dalam taraf ringan, coba gunakan sabun atau
larutan antiseptik khusus pembilas vagina, tapi jangan gunakan
berlebihan karena hanya akan mematikan flora nor mal vagina. Jika
perlu, konsultasikan dulu ke dokter.

e. Hindari terlalu sering memakai bedak talk di sekitar vagina, tisu
harum, atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.

f. Hindari suasana vagina lembap berkepanjangan karena pemakaian
celana dalam yang basah, jarang diganti, tidak menyerap keringat, atau
memakai celana jins terlalu ketat.

g. Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan juga bisa muncul lewat
air yang tidak bersih. Jadi, bersihkan bak mandi, ember, ciduk, water
torn, dan bibir kloset dengan antiseptik untuk menghindari menjamurnya
kuman.
3. SUAMI JUGA DIPERIKSA
Jika Anda sudah kena keputihan, lakukan hal berikut:
a. Konsultasikan ke dokter kandungan. Siapa tahu keputihan Anda masih
bisa diobati dengan salep atau obat-obatan yang mengandung antiseptik
dan antibiotik. Dokter akan memberi obat sesuai keluhan.

b. Jika keputihan masih terus terjadi, lakukan pemeriksaan
laboratorium. Cairan vagina akan diambil untuk diperiksa, apakah di
dalamnya terdapat kuman penyakit atau tidak. Bisa jadi hanya karena
faktor hormonal atau kebersihan yang kurang terjaga.

c. Bagi yang sudah berkeluarga, lakukan pemeriksaan bersama pasangan.
Dokter akan mengadakan cek silang pada suami Anda. Siapa tahu kuman
keputihan berasal dari suami.

d. Jika belum sembuh juga, lakukan cek silang dengan obat. Siapa tahu
Anda ternyata resisten terhadap obat yang diberikan.

e. Untuk yang sudah berhubungan badan, lakukan pap smear. Apalagi jika
keputihan dibarengi sesuatu yang mencurigakan di mulut rahim dan
dikhawatirkan membawa virus kanker. Idealnya, pap smear dilakukan
setahun sekali.

f.l Jika positif terkena virus, bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan
mulut rahim dengan menggunakan alat pembesar yang diletakkan di luar
bibir vagina. Sebagai penunjang, lakukan pula tes urin dan tes darah.

4. MANDUL
Jika tak diobati sampai tuntas, tak mustahil infeksi pada vagina akan
menjalar ke berbagai tempat. Kuman dengan mudah menyusup dan
menyebabkan infeksi lanjutan pada rongga rahim dan saluran telur. Hal
ini membuat cairan di kedua tempat itu berlebih dan terjadi
pelengketan dalam indung telur.

Akibatnya, sperma sulit bertemu dengan sel telur. Jika hal ini terjadi
berlarut-larut, pasangan akan sulit memiliki keturunan. Inilah, kata
Anita, yang sebetulnya menimbulkan asumsi bahwa secara tidak langsung
keputihan bisa membuat wanita jadi mandul.

Selain penyakit, efek paling besar dari keputihan adalah perasaan tak
nyaman, termasuk saat melakukan aktivitas seksual. Suami bisa jadi
mengeluh karena terganggu cairan keputihan berlebih dengan bau yang
sangat tajam.

Jika hubungan intim terus dilakukan, suami bisa tertular kuman
keputihan atau yang disebut fenomena pingpong. Oleh sebab itu, selama
terapi keputihan, dianjurkan tidak melakukan hubungan seks sebelum
keputihan berkurang.

5. SI UPIK BISA KENA
Coba telisik, apakah si kecil sering bermain tanah atau memanjat
pohon? Hati-hati, lo, karena keputihan ternyata juga bisa menyerang
anak-anak. Saat main-main di sembarang tempat, kotoran, pasir, semut,
atau segudang kuman penyakit lainnya bisa dengan mudah menyusup.

Misalnya, cacing kremi yang biasanya ada di tanah. Parasit satu ini
bisa menjalar masuk lewat lubang anus ke vagina. Gejalanya pun tak
beda dengan keputihan pada orang dewasa. Keluar cairan berlebih,
berbau, menimbulkan rasa gatal, dan jika digaruk menimbulkan luka
infeksi.

Penanganan paling mudah adalah membersihkan vagina dengan sabun atau
larutan antiseptik, tapi jangan terlalu sering. Umumnya, tiga hari
berturut-turut sesuai petunjuk pengunaan. Jika tidak ada perubahan,
segera konsultasi ke dokter.

6. MITOS DAUN SIRIH
Suatu ketika, seorang pasien berobat karena vaginanya sangat kering
dan lecet. Apa pasal? Ternyata ia minum jamu anti keputihan untuk
mengobati keputihan. "Sebaiknya tidak mengonsumsi obat-obatan seperti
jamu dan kaplet tradisional untuk mengobati keputihan karena sifatnya
menarik cairan dan hanya akan membuat lapisan vagina teriritasi,"
jelas Anita.

Bagaimana dengan daun sirih yang selama ini dipercaya mampu mengobati
keputihan? Daun sirih memang mengandung antiseptik. "Tetapi penelitian
terakhir menyebutkan, daun sirih mengandung bakteri yang tidak bisa
mati hanya dengan pemanasan sekian derajat."

0 komentar:

Posting Komentar