Jumat, 11 Mei 2012

TAHAPAN STRES

Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena, perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fiungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan sosialnya.
Dr. Robert Amberg (1979) dalam penelitiannya terdapat, dalam Hawari (2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :

1. Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut.
Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).
Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

2. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang fidak lagi cukup sepanjang hari, karena, tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara, lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit.

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut:

Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar.
Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
Lekas merasa capai menjelang sore hari.
Sering mengeluh lainbung/penit tidak nyaman (bowel discomfort).
Detakan jantung lebih kerns dari biasanya (berdebar-debar).
Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang;
Tidak bisa santai.

3. Stres tahap III
Apabila seseorang tetap mernaksakan diri dalam peker aannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu:

Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).
Ketegangan otot-otot semakin terasa.
Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.
Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia).
Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan).

Pada tahapan ini seseorang sudah harus, atau bisa jugs beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guns menambah suplai energi yang mengalami defisit.

4. Stres, tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul:
Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adekuat)
Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan.
Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tadak ada semangat dan kegairahan.
Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.
Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.


5. Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam. (physical dan psychological exhaustion).
Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari¬-hari yang ringan dan sederhana.
Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder).
Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

6. Stres tahap VI
Tahapan ini merupakan, tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh.
Gambaran stres; tahap VI ini adalah sebagai berikut:
Debaran jantung teramat keras,
Susah bernapas (sesak dan megap-megap)
Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
Pingsan atau kolaps (collapse).
Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

0 komentar:

Posting Komentar