Steers dan Porter (1983) dalam Wulandari (2004) mengatakan bahwa komitmen organisasi adalah tingkat kekuatan identifikasi individu terhadap organisasi dan keinginan individu dan keterlibatannya dengan organisasi kerja itu.
Becker (1984) menyatakan bahwa komitmen organisasi sebagai kecenderungan untuk melakukan aktivitas yang tetap yang disebabkan oleh adanya kekhawatiran akan kehilangan kesempatan bila ia tidak meneruskan aktivitas tersebut. Aktivitas yang dimaksud adalah dorongan untuk tetap menjadi anggota organisasi, sedang kesempatan yang dimaksud adalah komitmen yang telah ditabung akan menjadi tidak berguna apabila ia meninggalkan organisasi tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirangkum pengertian komitmen organisasi adalah kekuatan relatif dari individu terhadap organisasi dan keterlibatannya dengan organisasi kerja tersebut, yang ditandai dengan adanya:
(1) keinginan yang kuat untuk tetap terlibat menjadi anggota organisasi;
(2) keinginan untuk berusaha sekuat tenaga demi kepentingan organisasi;
(3) kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Komitmen organisasi yang kuat biasanya terdapat pada karyawan yang mempunyai masa kerja yang sudah lama, karyawan yang mencapai sukses dengan organisasi kerja yang bersangkutan dan yang bekerja dalam kelompok yang mempunyai komitmen tinggi (Himam, 1993)
Komitmen organisasi yang tinggi menimbulkan sikap yang positif dari karyawan terhadap pekerjaannya, maka akan berpengaruh terhadap tingkat komitmen organisasi. Dikemukakan oleh Porter (1974) bahwa karyawan yang komitmennya tinggi mempunyai catatan kehadiran yang baik, bersedia mentaati kebijaksanaan manajemen. Jadi komitmen organisasi merupakan perilaku positif yang kuat dalam diri individu terhadap organisasi disertai perilaku untuk bekerja keras demi organisasi kerja.
Komitmen organisasi memiliki beberapa karakteristik yang digolongkan kedalam tiga faktor, yaitu: a) suatu kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai dan tujuan organisasi;
b) suatu keinginan untuk berusaha sekuat tenaga demi kepentingan organisasi;
c) suatu dorongan dan keinginan yang kuat melebihi loyalitas yang bersifat pasif, tetapi mengandung hubungan yang aktif terhadap perusahaan karena individu mempunyai keinginan untuk memberikan sesuatu dari dirinya sendiri untuk menyokong kesejahteraan organisasi (Steers dan Porter, 1983).
Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor yang mendukung dan memperkuat komitmen kerja. Steers dan porter (1983), Mowday (1982) serta Fukami dan Larson (1984) menggolongkan faktor yang mempe-ngaruhi komitmen organisasi menjadi empat kategori yaitu:
1) karakteristik personal, seperti usia, masa kerja, motivasi berprestasi yang mempunyai hubungan positif dengan komitmen organisasi;
2) karakteristik kerja seperti stres mempunyai hubungan negative dengan komitmen organisasi, kejelasan tugas, kesesuaian peran, tantangan pekerjaan, kesempatan berprestasi dengan orang lain dan umpan balik yang berhubungan positif terhadap komitmen organisasi;
3) karakteristik struktural, komitmen organisasi berkorelasi positif dengan tingkat formalisasi, ketergantungan profesional, desentralisasi, dan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan, jumah andil yang ditanam karyawan dan fungsi kontrol dari perusahaan;
4) pengalaman kerja antara lain: tingkat sejauh mana karyawan merasakan sejumlah sikap positif terhadap perusahaan, tingkat kepercayaan terhadap perusahaan bahwa perusahaan akan memeliharanya, merasakan akan adanya suatu kepentingan pribadi antara diri karyawan dengan perusahaan dan sejauh mana harapan-harapan karyawan dapat terpenuhi melalui pekerjaannya. Iklim organisasi dan keterlibatan kerja merupakan prediktor komitmen organisasi.
0 komentar:
Posting Komentar