Sejak lahir, bayi sudah mempunyai 20 gigi yang disebut sebagai gigi primer atau gigi susu. Gigi-gigi tersebut masih terkubur di dalam gusi dan akan muncul sampai waktu tertentu. Kemunculan gigi susu pada setiap bayi berbeda-beda. Ada yang cepat, bahkan sejak baru lahir (kasus ini sangat jarang). Ada pula yang lebih lambat, gigi susu pertama baru muncul di akhir usia enam bulan.
Umumnya gigi susu akan muncul pertama kali di usia 4-6 bulan. Gigi tersebut muncul secara bertahap dan biasanya dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat gigi. Dua gigi pertama biasanya muncul di gusi bawah bagian tengah. Sebulan kemudian muncul dua gigi di bagian tengah gusi atas. Kurang lebih setiap empat bulan, akan muncul kelompok gigi baru (yaitu dua gigi susu). Pola pertumbuhan gigi susu di mulai dari bagian tengah ke arah luar. Saat si kecil berusia 22 – 26 bulan, semua gigi susu sudah muncul yang terdiri dalam lima kelompok.
Bayi yang sedang menjalani proses kemunculan gigi susu kadang-kadang menunjukkan perilaku yang khas. Seperti: cepat marah, banyak mengeluarkan air liur, senang menggigit dan mengunyah. Ada pula yang mengalami demam atau diare.
Ketika si kecil sudah mendapatkan gigi susu pertamanya, saat itu ia sudah membutuhkan perawatan gigi dan mulut. Pada tahap awal perawatan gigi penting untuk mengurangi rasa sakit yang dialami bayi akibat tumbuhnya gigi. Sayang, hal ini jarang disadari orang tua. Sehingga, lebih banyak orang tua yang memberikan obat penurun panas atau pereda sakit daripada melakukan perawatan gigi anak saat gigi susu bayinya tumbuh. Padahal perawatan pada gigi susu yang baru muncul dapat mengurangi rasa sakit tersebut.
Perawatan gigi selanjutnya sangat penting untuk menjaga agar gigi susu sehat dan kuat. Sehingga, gigi susu tidak rusak atau tanggal sebelum waktunya. Merawat gigi susu juga meliputi perawatan gusi. Di dalam gusi terdapat ruang yang ditempati gigi susu, kelak ruangan tersebut akan ditempati oleh gigi tetap. Karena itu, merawat gigi susu sangat penting bagi pertumbuhan gigi tetap di kemudian hari.
0 komentar:
Posting Komentar