Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan (Moctar, Rustam, dkk, 1998:238 dalam Sujiatini,2009).
Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik. Hamil anggur atau mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumot jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin” sehingga terbentuk jaringan permukaan membrane (villi) mirip gelombolan buah anggur (Sujiatini,2009).
b. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :
Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
Imunoselektif dari tropobalast.
Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi.
Kekurangan protein.
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (Moctar, Rustam, 1998: 238 dalam Sujiyatini,2009).
c. Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan pathogenesis dari penyakit trofoblast : teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsobsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Studi dari hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat dari akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komlpit pada minggu ke tiga dan kelima. Adanya sirkulasi maternal yang terus-menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berpoliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan (Silvia, Wilson, 2000:467 dalam Sujiatini, 2009).
d. Gambaran klinik
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan “mola hidatidosa” adalah:
Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun uterus membesar setinggi pusat atau lebih.
Preekalmsia atau eklamsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu (Mansjoer, Arif, dkk, 2001:266 dalam sujiyatini, 2009).
e. Penatalaksanaan Medik
Penanganan yang biasa dilakukan pada pasien mola hidatidosa adalah : Diagnosis dini kan menguntungkan prognosis.
Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis dini akan menguntungkan prognosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan evaluasi klinik dengan focus pada :
a.Riwayat haid terakhir dan kehamilan,
b.Perdarahan tidak teratus atau spotting,
c.Perbesaran abnormal uterus,
d.Perlunakan servik dan korpus uteri. Kaji uji kehamilan dengan pengenceran urin, pastikan tidak ada janin (Ballotement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis.
Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau pervorasi uterus).
Lakukan pengmatan lanjut hingga minimal 1 tahun (Sujiatini, 2009:8-9)
0 komentar:
Posting Komentar