Rabu, 23 Mei 2012

CONTOH MAKALAH KEPERAWATAN TERHADAP LANSIA YANG MENGALAMI GANGGUAN MENTAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada negara-negara maju terjadi perubahan dramatik demografi penduduknya, yaitu meningkatnya populasi usia lanjut. Populasi usia diatas 65 tahun di Amerika Serikat diduga meningkat dari 33,5 juta pada tahun 1995 menjadi 39,4 juta pada tahun 2010 dan diperkirakan menjadi lebih dari 69 juta pada tahun 2030. Dengan peningkatan ini muncul masalah-masalah penyakit pada usia lanjut. Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 - 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Peningkatan angka kejadian dan prevalensi kasus demensia mengikuti meningkatnya usia seseorang. Dan menurut Dr Nora Sondakh, MA, lebih dari 50 % kasus demensia tergolong pada demensia tipe Alzheimer (AD). Setelah lewat usia 60 tahun, prevalensi dari demensia Alzheimer berlipat dua setiap kenaikan 5 tahun usia.
“Dengan meningkatnya usia harapan hidup suatu populasi diperkirakan akan meningkat pula prevalensi demensia,” ujar Dr Nora sambil menambahkan kalau di seluruh dunia, diperkirakan lebih dari 30 juta penduduk menderita demensia dengan berbagai sebab.

BAB II
ISI

Tujuan Instruksional :
Setelah memeperlajari materi ini, peserta didik keperawatan diharapkan memiliki kemampuan untuk dapat memahami perawatan terhadap lansia yang mengalami gangguan mental meliputi :
A. Lansia yang mengalami ketakutan
B. Lansia yang menunjukkan agresi
C. Lansia yang menunjukkan kemarahan
D. Lansia yang mengalami kecemasan
E. Lansia yang mengalami Depresi
F. Lansia yang mengalami ketergantungan
G. Lansia yang mengalami kekacauan
H. Lansia yang mengalami manipulasi

LANSIA YANG MENGALAMI KETAKUTAN
A. Ketakutan adalah suatu reaksi emossonal yang diakui sebagai sumber gejala umum :
a. Penolakan terhadapa pengobatan
b. Sering membunyikan bel
c. Selalu membuat permintaan yang tidak penting
d. Selalu menyenangkan hati perawat
e. Selalu menangis
f. Agresif atau kritis terhadap petugas
g. Merasa ada tekan yang aneh dalam perut
h. Keluhan somatik seperti diare dan mual

B. Pertimbangan khusus dalam perawatan, tujuan dan tindakan :
a. Pertolongan segera dalam menghadapi ketakutan
i. Berusaha mengenali sumber ketakutan yang luas
ii. Gunakan pertanyaan yang terbuka
iii. Berikan keterangan dengan hati – hati tentang semua kejadian
iv. Anjurkan klien untuk mengulangi keterangan yang di berikan
v. Jika tidak berhasil konsultasi pada dokter
b. Peralihan Pelaksanaan siri sendiri
i. Luangkan waktu untuk bersama klien minimal 15 menit sehari
ii. Dorong dan dengarkan untuk menceritakan tentang kejadian berbahaya atau perubahan besar dalam hidupnya
iii. Jangan mambuat keputusan untuk klien
iv. Bantu klien untuk menceritakan tentang kemajuan diagnosa dan ahsil penyakitnya

c. Menolong sesama untuk membantu klien secara tepat
i. Arahkan pada dokter pertanyaan tentang diagnosa dan pengobatan dan klien lansia memerlukan jawaban tersebut
ii. Ikut serta dan berikan penerangan pada orang lain yang berminat.
iii. Berikan kesempatan teman dan keluarganya mengekpresikan ketakutan mereka untuk memberi dorongan pada klien.

LANSIA YANG MENUNJUKKAN AGRESI
A. Pengertian
Agresi adalah suatu tindakan yang bersifat menyerang sisertai dengan kekuatan. Tindakan ini dapat berupa tindakan fisik, kata – kata atau simbolis. Tindakan ini mungkin saja realistis dan dilakukan demi penjagaan diri ; seringkali mengungkapkan keyakinan yang sangat tinggi atau mungkin merupakan tindakan yang tidak realistis dan ditujukan terhadap lingkungan atau bahkan ditujukan kepada dirinya sendiri.
B. Gejala – gejala umum:
a. Adanya tuntutan yang terus – menerus yang ditujukan terhadap petugas
b. Penolakan untuk mendengarkan petugas
c. Selalu atau kadang – kadang melawan bila ada perubahan tindakan perawatan
d. Berbicara kasar
e. Bertingkah laku kasar
f. Selalu atau akdang – dakang tidak memperdulikan perintah – perintah dokter
C. Pertimbangan khusus dalam perawatan, tujuan dan tindakan
a. Tindakan keperawatan segera, untuk mengenal tingkah laku agresif dengan jalan :
i. Batasi tingkah laku fisik yang membahayakan serta terangkan kepada klien lansia mengapa tindakan tersebut diambil
ii. Kuatkan fungsi fisik, emosi yang sebelumnya memang befungsi baik, (agresi sering kali berhubungan dengan rasa takut)
iii. Selalu memberitahukan kepada klien lansia tetang tindakan – tindakan yang dilaksanakan
iv. Mendorong dan memfasilitasi klien lansia untuk mengungkapkan perasaanya berhubungan dengan penyakit serta perawatannya dengan :
• Mempergunakan pertanyaan yang bersifat terbuka
• Duduk mendampingi dan mendengarkan klien lansia
• Menerangkan bahwa agresi klien lansia itu dapat di karenakan rasa takut, mengkatnya rasa ketergantungan dan kekhawatirannya
• Jangan mencoba untuk mempertahankan diri, memeprtahankan para petugas, ataupun memeprtahankan perawatan di rumah sakit, hal yang demikian hanya kan meningkatkan agitasi klien lansia, untuk dengarkan apa yang dikatakan olehklien lansia. Perhatian semacam ini di berikan pailng tidak sehari sekali.
b. Peralihan pelaksanaan perawatan diri sendiri: membimbing atau mengarahkan kembali ungkapan – ungkapan kebutuhan guna memperlihatkan kebebasan kontrol.
i. Rencanakan tindakan perawatan, juga yang bersifat rutin datu sehari – hari bersama dengan klien lansia. Berikan keleluasaan sebanyak mungkin salam mengambil keputusan.
ii. Lakukan penilaian tindakan perawatan tersebut bersama klien lansia
iii. Berikan klien lansia kesempatan untuk merencanakan serta melakukan hal – hal yang disukainya; tidaur terlambat, membaca atau merenda.
iv. Berikan pujian terhadap usaha klien lansia dalam mengontrol atau mengekpresikan tingkah laku agresifnya secara konstruktif.
c. Menolong sesama dengan tujuan membantu klien lansia secara tepat
i. Menerangkan sebab- sebab tingkah laku klien terhadap orang yang dekat dengan klien lansia, mengendalikan diri serta mengatasi situasi perawatan sirumah sakit, ketakutan kehilangan kontrol yang mungkin muncul.
ii. Memberikan pujian terhadap usah – usaha orang lain itu dalam rangka membantu klien lansia untuk mengatasi hal – hal tersebut.
iii. Menekankan kepada petugas perawatan tentang pentingnya untuk tidak menghukum berat atau menolak usaha – usaha klien lansia dalm mengatasi masalahnya dengan mempergunakan tingkah lakunya yang secara fisik merusak.

III LANSIA YANG MENUNJUKKAN KEMARAHAN
A. Pengertian
Kemarahan adalah perasaan tidak senang yang kuat, bisanya karena konflik pertentangan.
B. Gejala – gejala umum :
a. Berbicara sembarangan
b. Sikap berbicara yang selalu buruk tehadap orang lain, terutama terhadap petugas atau perawatan.
c. Menolak makan atau minum
d. Menolak ketergantungan dengan petugas
e. Melemparkan makanan atau barang – barang lain
f. Mengacaukan peralatan perobatan pada dirinya, misalnya mencabut set infus atau IV
C. Pertimbangkan dalam perawatan, tujuan serta tindakannya :
a. Perawatan diri atau segeran demi penyadaran sikap marah, mengurangi atau bila perlu menghilangkan kemarahan fisik yang memabahayakan dengan jalan:
i. Beritahukan kepada klien lansia bahwa ada tidak akan membiarkan dirinya melanjutkan tindakan keras
ii. Luangkan waktu untuk klien lansia, tanyakan kepadanya kenapa marah. Bila klien menolak untuk menjawab berikanlah contoh tentang hal – hal yang menyebabkan kemarahan
iii. Bantu dan dorong klien untuk mengekspresikan kemarahan kedalam kata – kata dan puji usaha klien lansia yang mau ikut bersama menggali sebab-sebab kemarahan tersebut
b. Peralihan pelaksanaan perawatan diri – sendiri. Mempermudah klien lansia untuk mengungkapkan perasaanya terhadap penyakit, perawatan serta pengobatannya:
i. Mengajak klien lanisa untuk turut dalam merencanakan perawatannya
ii. Melibatkan klien lansia dalam perawatannya sendiri dengan sadar
iii. Mintalah klien lansia mengerjakan bagian – bagian perawatan yang khusus, sedang selama itu anda mengejakan bagian yang lainnya.
iv. Mengadakan penilaian terhadap tindakan perawatan bersama klien lansia sendiri
v. Meluangkan waktu bersama klien lansia setiap hari, ajaklah bercakap – cakap. Arahkan pembicaraan kepada segi – segi dari penyakitnya yang mengarah kepada perasaan tak senang dari klien lansia, pergunakanlah pertanyaan – pertanyaan terbuka
c. Menolong sesama dengan tujuan membantu klien lansia secara tepat :
i. Mempermudah kebutuhan klien lansiauntuk mengungkapkan perasaan positif maupun perasan negatif melalui orang lain.
ii. Luangkan waktu bersama klien lansia, orang lain yang dekat dengan klien lansia untuk menerangkan kebutuhan akan perasaan positif maupun perasan negatif terhadap segala sesuatu yang sedang atau menimpa dirinya.
iii. Puji usaha orang yang dekat dengan klien lansia tersebut yang mendorong klien lansia untuk mengekpresikan kemarahannya secara kontruktif.
iv. Puji usaha – usahanya mengungkapkan perasaanya terhadap sesuatu yang sedang terjadi ; dukunglah usahanya untuk tetap bertahan serta berikan waktu untuk menerangkan kemarahannya.

IV. LANSIA YANG MENGALAMI KECEMASAN
A. Pengertian
Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat. Ini terjadi sebagai rekasi terhadap sesuatu yang dialami oleh seseorang.
B. Gejala – gejala umum
a. Perubahan tingkah laku
b. Bicara cepat
c. Meremas – remas tangan
d. Bertanya berulang – ulang
e. Tidak mampu berkonsentrasi atau tidak mengerti penjelasan – penjelasan.
C. Pertimbang – pertimbangan khusus dalam perawatan, tujuan dan tindakan
a. Perawatan segera untuk mengenali penolakan
i. Berusahan mengindentifikasi pikiran – pikiran yang paling membahayakan dengan cara mengobservasi klien lansia bila sedang mengalami puncak reaksinya. Misalnya pada suatu saat dimana klien lansia mendapat diet 1000 kalori dan kebetulan anggota keluarga membawakan makanan yang berlemak.
ii. Berusaha mengemukakan kenyataan secara perlahan – lahan dimulai dari kenyataan terkecil yang merisaukan misalnya klien dengan kolostomi yang menolak untuk mulai memperhatikan atau merawat kolostominya. Dalam situasi demikian mulailah membicarakan masalah diet bersama klien tetapi kemudian arahkan pembicaraan segera perlahan – lahan pada masalah diet untuk klien dengan kolostomi.
iii. Jangan menyokong penolakan klien lanisa, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi para klien dan bicarakan sesering mungkin bersamanya, jangan samapai menolak.
b. Pelaksanaan perawatan diri sendiri
Memeprmudah proses penerimaan dirinya sendiri agar klien lansia aktif ikut serta.
i. Melibatkan klien lansia dalam perawatannya. Misalnya dalam perencanaan waktu, tempat, dan macam perawatannya.
ii. Puji klien lansiauntuk mengungkapkan keresahan atau perasaan sedihnya dengan mempergunakan pertanyaan – pertanyaan terbuka, mendengarkan dan meluangkan waktu untuk bersamanya setiap hari.
c. Menolong sesama dengan tujuan untuk membantu klien lansia secara tepat.
i. Melibatkan orang lain dalam membantu klien lansia menetukan perasaanya
ii. Meluangkan waktu utnuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa yang sedang terjadi pada diri klien lansia serta hal – hal yang dapat dilakukan dalam rangka membantu.
iii. Hendaknya pihak- pihak lain tersebut memuji usaha klien lanisa untuk menerima kenyataan.
iv. Menyadarkan pihak – pihak lain akan pentingnya pemerian hukuman (bukan hukuman fisik) apabila klien lansia mempergunakan penolakan (denial).
V.LANSIA YANG MENGALAMI KETERGANTUNGAN
A. Pengetian
Ketergantungan adalah meletakkann kepercayaan kepada orang lain atau benda – benda lain untuk bentuan yang terus – menerus, penetraman hati serta pemenuhan kebutuhan
B. Gejala – gejala umum :
a. Menolak untuk ikut serta dalam perawatan diri sendiri
b. Terus menerus meminta staf perawat untuk melaksanakan apa yang sanggup ia lakukan sendiri
c. Terus menerus menyatakan dengan kata – kata dan kelakuan, bahwa ia tidak berdaya dan tidak mampu mengerjakan sesuatu pun sendiri.
d. Menolak untuk mempelajari cara – cara baru dalam merawat diri sendiri yang telah berbeda.
e. Menolak dan atau tidak mampu mengambil keputusan.
f. Minta supaya tidak dipindahkan dari bagian – bagian khusus kebagian – bangian lain.
C. Pertimbangan – pertimbngan khusus dalam perawatan, tujuan dan tindakan
a. Perawatan segera dalam menanggapi adanya kelakuan ketergantungan
i. Usahakan untuk mengetahui sumber – sumber ketergantungan klien lansia.
ii. Jangan mencela atau menunjukkan kelakuan ketergantungan klien lansia .
iii. Setelah dijelaskan dengan hati – hati tentukan batas- batas untuk banyak dan jenis kelakuan yang bisa diterima oleh staf perawat.
iv. Berikan perhatian sebentar – sebentar dan sering
v. Beritahukan kepadanya bila perawat akan datang lagi, kembalilah pada waktu tersebut atau kirim orang lain untuk mengganti bila berhalangan.
vi. Duduklah bersama klien sekurang – kurangnya sehari sekali.
vii. Terangkan kepadanya bahwa anda tidak akan mengizinkan untuk terlalu tergantung karena anda menghormatinya dan sadari bahwa ia sanggup melakukan hal – hal untuk dirinya sebelum dirawat dan anda tidak mau merebut kemampuannya itu
b. Peralihan pelaksanaan diri sendiri
i. Perlahan – lahan ikut sertakan klien lansia dan mulai dengan stu macam kegiatan dulu.beri pujian bila ia turut ambil bagian, tapi jangan dibesar – besarkan.
ii. Berikan bantuan dan pujian atas usahanya yang mengarah kepada kemampuan berdiri sendiri
iii. Ikut sertakna dalam membuat rencanan perawatannya, birakan ia mengambil keputusan, mulailah dengan satu atau dua keputusan, jangan semuanya.
c. Menolong sesama dengan tujuan membantu pihak lain untuk menolong klien lansia secara tepat. Untuk memudahkan pihak lain mengenali usaha klien lansia untuk bergantung pada orang lain, dan untuk memudahkan usaha pihak lain dalam membantu klien klanisa memperolaeh kemampuan berdiri sendiri.
i. Beri penjelasan, dengan hati – hati mengenai kebutuhan klien lansia untuk menjadi lebih baik tidak tergantung pada keluarga dan teman – teman.
ii. Katakan bahwa orang – orang yang enting kaitannya dengan klien lansia bahwa mereka akan sangat membantu dengan membiarkan klien lansia melakukan beberapa hal sendiri, kemudian emberikan pujian atas usahnya tersebut.
iii. Puji orang – orang yang paling pentinghubungannya dengan klien bila mereka membantu klien lansia untuk menjadi tidak lansung.
VI. LANSIA YANG MENGALAMI DEPRESI
A. Pengetian
Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa sandaran yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (wahjudi Nugroho, 1995:77)
B. Penyebab
a. Faktor biologik
Usia lanjut mengalami kebilangan dan kerusakan banyak sel syaraf maupun zat neurotransmitter, resiko genetik maupun adanya penyakit tertentu (kanker, diabetes, post stroke dll) memudahkan terjadinya depresi.
b. Faktor psikologik
Rasa rendah diri atau kurang percaya diri, kurang rasa keakraban dan ketidakberdayaan karena menderita penyakit kronis.
c. Faktor sosial
Berkurangnya interaksi sosial, kesepian berkabung, kemiskinan.
C. Gejala – gejala umum
a. Pandangan kosong
b. Kurang atau hilangnya perhatian diri, orang lain dan lingkungan
c. Inisiatif menurun dan apatis
d. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau membuat keputusan
e. Perasaan tidak berharga dan rasa bersalah yang berlebihan
f. Penarikan diri dari aktifitas sosial
g. Aktifitas menurun
h. Kurangnya nafsu makan
i. Megeluh tidak enak badan, kehilangan semangat, sedih atau cepat capek
j. Susah tidur malam hari dan bangun terlambat
D. Gejala – gejala umum
a. Terapi psikososial
Tujuan terapi lebih bersifat suportif, membimbing pasien untuk lebih mengenal aspek – aspek salam kehidupannya. Berdamai dengan kekurangan dan kekecewaan hidupnya,serta meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.
b. Terapi biologik
Berupa obat – obatan anti depresan. Dimulai dengan dosis kecil, dinaikan secara bertahap, selanjutnya dosis pemeliharaan dipertahankan selama 2 sampai 6 bulan.
E. Pertimbangan – pertimbangan khusus dalam perawatan, tujuan dana tindakan
a. Pertolongan segera untuk mengatasi depresi
b. Peralihan pelaksanaan perawatan diri sendiri
c. Menolong sesama dengan tujuan membantu klien lanjut usia secara tepat memudahkan kemampuan staf memulai mengubah klien lanjut usia.
Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian Fokus
a. Data subjektif
• Penolakan untuk bersosialisasi dengan sesama lansia
• Inisiatif menurun
• Aktivitas menurun
• Penurunan nafsu makan
• Susah tidur atau insomnia
• Kurang memeperhatikan perawatan diri
b. Data objektif
• Menarik diri dari lingkungan klien merasa bersalah dan tetekan
• Suka menyendiri
• Menolak ikut serta dalam perawatan
• Kebersihan tidak terjada
• Pandangan kosong
B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Kurang perawatan diri berubungan dengan depresi atau keputusasaan, ditandai dengan :
Ketidakmampuan untuk mengatasi AKS, penampilan yang tidak terpelihara
Intervensi :
• Tentukan kemampuan saat ini (skala 0-4)dan hambatan untuk partisipasi dalam perawatan
• Ikut sertakan pasein dalam formulasi rencaa perawatan pada tingkat kemampuan
• Dorong perawatan diri
• Berikan dan tingkatkan pribadi, termasuk selama mandi
• Gunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan, misal kursi untuk memindahkan, bangku toilet yang dapat diangkat.
• Berikan mandi dalam bak, gunakan 2 orangan atau pengangkat mekanis jika dipelukan, hindari kedinginan.
• Berikan keramas rambut sesuai kebutuhan dan perawatan kuku.
• Dapatkan pakaian dengan memodifikasi kencing sesuai indikasi
• Dorong/bantu dengan perawatan mulut/gigi setiap hari
• Kolaborasi dengan ahali terapi fisik dan dokter
b. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan perasaan tidak berharga dan kegagalan sekunder, ditandai dengan:
• Pengungkapan diri yang negative
• Ekspresi rasa besalah
• Buruknya penampilan tubuh
Intervensi :(miller,1999)
• Kenali individu berdasarkan namanya
• Gunakan nada suara yang anda gunakan untuk kelompok sebaya anda
• Hindari kata – kata yang berkaitan dengan bayi ( misal popok)
• Tanyakan tentang foto keluarga, barangn – barang pribadi dan pengalaman masa lalu.
• Hindari memberi atribut ketidakmampuan dengan ”usia tua”
• Ketuk pintu kamar tidur dan kamar mandi
• Berikan individu cukup waktu untuk mnyelesaikan tugas dalam batas kemampuannya.
c. Isolasi sosial berhubungan dengan ketidak mampuan untuk memulai aktifitas untuk mengurangi isolasi sekunder akibat tingkat enegi rendah, ditandai dengan :
• Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan membuat keputusan.
• Perasaan penolakan dan tidak berguna kurang aktifitas
• Menolak untuk berinteraksi dengan orang lain
Intervensi :
• Kontak dengan keluarga dan teman dekat
• Dorong berhubungan dengan orang lain
• Masuklah dalam kelompok aktivitas, misal kelompok pengajian.
• Buat jadwal kontak sosial secara teratur.
d. Ganguaan pola tidur behubungan dengan faktor internal : Stress psikologis ditandai dengan :
• Keluhan kesulitan terlelap atau tidak merasa segar
• Tidur terganggu, terbangun lebih dini dari lingkungan
• Peubahan pada prilaku atau penampilan yang emningkatkan peka rangsang, malas
Intervensi :
• Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi.
• Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misal bantal, guling.
• Cocokkan dengan sekamar yang mempunyai pola tidur serupa dan kebutuhan malam hari.
• Dorong beberapa aktifitas fisik ringan selama siang hari, jamin pasien berhenti beraktifitas beberapa jam sebelum tidur.
• Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misal : mandi hangat dan masase serta segelas susu hangat.
• Instruksikan tindakan relaksasi
• Kurangi kebisingan dan lampu
• Dorong posisi nyaman, bantu dalam mengubah posisi
• Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendahkan temat tidur bila mungkin.
VII. LANSIA YANG MENGALAMI KEKACAUAN
Konsep dasar
A. Pengertian
Kekacauan adalah sifat atau kadaan yang sering membingungkan merupakan ketidak sanggupan untuk atau merangkaikan kata atau peristiwa secara khusus. Keadaan ini dapt bersifat sementara atau menetap.
B. Gejala – gejala umum
a. Kabur atau tak dapat mengidentifikasi waktu, tempat dan orang.
b. Tampak ngantuk sepanjang hari.
c. Menurunnya perhatian
d. Daya ingat terhadap hal – hal yang baru terjadi terganggu
e. Ketidak mampuan untuk menyimpan informasi yang berikan
f. Lebih kacau pada waktu malam hari dari pada siang hari.
g. Gelisah, banyak gerak tanpa tujuan.
h. Serangan jasmani
Konsep Asuhan keperawatan
A. Pengkajian fokus
a. Data subjektif
i. Ketidakmampuan untuk menyimpan infromasi yang diberikan.
ii. Daya ingat tehadap hal – hal yang baru terjadi terganggu.
iii. Menurunnya pehatian.
b. Data objektif
i. Tampak ngantuk
ii. Gelisah, banyak gerak tanpa tujuan.
iii. Serangan jasmani
B. Diagnosa keperawatan
a. Koping individu tidak berhubungan dengan gangguan emosional, di manifestasikan dengan :
• Klien sering keliahatan marah
• Sebagian teman sekamar dan sewisma kurang menyenangi karena sering marah.
• Klien selalu cemberut bila ditanya oleh temannya.
• Klien langsung menghindar jika temannya berusaha untuk mendekatinya.
Intervensi
• Mencari penyebab kekacauan dan jika ada, apakah dapat dihilangkan misalnya: ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan kekacauan itu akan hilang.
• Bersikap jujur pada klien.
• Tetap melibatkan klien dalam beraktivitas, mislaanya : latihan olahragadan berbicara.
• Tetap menginginkan bahwa klien mempunyai kebutuhan dan hasrat.
b. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan rasa takut akan pendekatan dan kegagalan interaksi, dimanefesatsikan dengan :
• Sebagian teman klien menghindari jika klien berusaha mendekatinya
• Klien sering kelihatan cepat marah dan emosi atau ucapa temannya.
Intevensi :
• Meluangkan waktu utnuk bersama beserta perawat atau klien lenajut usia yang lebih tenag terutama waktu makan.
• Mempersilahkan klien duduk dengan orang lain.
• Bawa klien keluar dari kamrnya, sedapat mungkin bersama dengan klien lain, juga mengajak bila masuk kamar.
• Puji klien dalam usahanya untuk kebersamaan dengan orang lain dan ikut serta dalam lingkungannya.
• Lakukan tindakan pengamanan untuk mencegah luka pada klien dan orang lain.

VIII. LANSIA YANG MENUNJUKKAN GEJALA MANIPULASI
Konsep Dasar
A. Pengertian
Manipulasi dalah proses bertingkah laku seseorangan dalam menghadapi orang lain dengan tujuan untuk sekedar memuaskan kehendak oranglain maupun diri sendiri dengan cara cerdik atau bahkan tidak jujur penuh tipu muslihat.
B. Gejala – gejala umum :
a. Pura – pura tidak membutuhkan bantuan
b. Mengadu domba antara petugas, perawat dan dokter
c. Pura – pura beriskap memuji perawat atau petugas bila sedang berhadapan langsung akan tetapi segera menjelekkannya di hadapan orang lain.
d. Selalu menunjukkan tuntutan – tuntutan yang tidak jelas.
C. Pertimbangan – pertimbagan khusus dalam perawatan, tujuan dan tindakan perawatan.
a. Perawatan segera dalam menghadapai tingkah laku manipulatif . bertujuan mengurangi derajat tingkah laku.
b. Peralihan ke pelaksanaan perawtan dari diri sendiri
c. Menolong sesuai dengan tujuan membantu klien lanjut usia secara tept.menyadarkan klien lanjut usia akan tingkah laku akan tingkah laku manipulasinya serta pengaruh – pengaruh muncul terhadap orang lain

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Perawatan terhadap lansia yang mengalami gangguan mental meliputi :Lansia yang mengalami ketakutan, Lansia yang menunjukkan agresi, Lansia yang menunjukkan kemarahan,Lansia yang mengalami kecemasan, Lansia yang mengalami Depresi, Lansia yang mengalami ketergantungan, Lansia yang mengalami kekacauan, Lansia yang mengalami manipulasi
b. Ketakutan adalah suatu reaksi emossonal yang diakui sebagai sumber gejala umum :
c. Manipulasi dalah proses bertingkah laku seseorangan dalam menghadapi orang lain dengan tujuan untuk sekedar memuaskan kehendak oranglain maupun diri sendiri dengan cara cerdik atau bahkan tidak jujur penuh tipu muslihat.
d. Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa sandaran yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (wahjudi Nugroho, 1995:77)
e. Kekacauan adalah sifat atau kadaan yang sering membingungkan merupakan ketidak sanggupan untuk atau merangkaikan kata atau peristiwa secara khusus. Keadaan ini dapt bersifat sementara atau menetap.
f. Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat. Ini terjadi sebagai rekasi terhadap sesuatu yang dialami oleh seseorang.
g. Kemarahan adalah perasaan tidak senang yang kuat, bisanya karena konflik pertentangan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2003. Keperawatan Medikal Bedah 3. EGC. Jakarta.
Doenges E. Merilyn. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2004. Kapita Selecta Jilid I. EGC. Jakarta.
Hardywinoto; Setiabudhi, Tony : Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005

0 komentar:

Posting Komentar