Setelah mengetahui persyaratannya, perlu diketahui pula beberapa
prinsip dalam aplikasi dokumentasi kebidanan, di antaranya sebagai
berikut (Iyer dan Camp, 1999).
1. Dokumentasikan secara lengkap tentang suatu masalah penting yang bersifat klinis.
Dokumentasi
kebidanan bertujuan untuk menyampaikan informasi penting tentang
pasien. Rekam medis dipergunakan dalam pendokumentasian asuhan kebidanan
untuk memenuhi kewajiban profesional bidan dalam mengomunikasikan
informasi penting. Data dalam catatan tersebut harus berisi informasi
spesifik yang memberi gambaran tentang kondisi pasien dan pemberian
asuhan kebidanan, juga tentang evaluasi status pasien.
2.
Lakukan penandatanganan dalam setiap pencatatan data. Setiap kali
melakukan pencatatan, perlu dicantumkan nama bidan yang bertugas serta
waktu pencatatan.
3. Tulislah dengan jelas dan rapi.
Tulisan
yang jelas dan rapi akan menghindarkan kita dari kesalahan persepsi.
Selain itu, dapat menunjang tujuan dari pendokumentasian, yakni
terjalinnya komunikasi dengan tim tenaga kesehatan lain. Tulisan yang
tidak jelas dan tidak rapi akan menimbulkan kebingungan serta
menghabiskan banyak waktu untuk dapat rnemahaminya. Lebih bahaya lagi
dapat menimbulkan cedera pada pasien jika ada informasi penting yang
disalahartikan akibat ketidakjelasan tulisan tangan.
4. Gunakan ejaan dan kata baku serta tata bahasa medis yang tepat dan umum.
Pencatatan
yang berisi kata-kata yang salah dan tata bahasa yang tidak tepat akan
memberi kesan negatif kepada tenaga kesehatan lain. Hal tersebut juga
menunjukkan kecerobohan dalam pendokumentasian. Apabila muncul gugatan
akan sulit dicari kebenarannya karena tidak adanya bukti yang jelas.
Untuk menghindari kesalahan dalam penggunaan kata baku, dapat dilakukan
dengan menggunakan kamus kedokteran, kebidanan atau keperawatan,
menuliskan daftar kata yang sering salah eja, ataupun menuliskan kalimat
yang sering tidak jelas maknanya. Hindari penggunaan kata-kata yang
panjang, tidak perlu, dan tidak bermanfaat. Selain itu, identifikasi
dengan jelas subjek dari setiap kalimat.
5. Gunakan
alat tulis yang terlihat jelas, seperti tinta untuk menghindari
terhapusnya catatan. Dalam pencatatan, penggunaan alat tulis yang baik
dengan tinta, baik hitam ataupun biro, dapat membantu tidak terhapusnya
catatan. Bila menggunakan alat tulis yang bersifat mudah terhapus dan
hilang seperti pensil, akan dapat menimbulkan kesalahan-kesalahan
interpretasi dalam pencatatan.
6. Gunakan singkatan resmi dalam pendokumentasian.
Sebagian
besar rumah sakit atau pelayanan kesehatan mempunyai daftar singkatan
yang disepakati. Daftar ini harus tersedia bagi seluruh petugas
kesehatan yang membuat dokumentasi dalam rekam medis, baik tenaga medis
maupun mahasiswa yang melakukan praktik di institusi pelayanan.
7. Gunakan pencatatan dengan grafik untuk mencatat tanda vital.
Catatan
daim bentuk grafik dapat digunakan sebagai pengganti penulisan tanda
vital dari laporan perkembangan. Hal ini memudahkan pemantauan setiap
saat dari pasien terkait dengan perkembangan kesehatannya.
8. Catat nania pasien di setiap halaman.
Pencatatan
nama pasien pada setiap halaman ‘bertujuan untuk mencegah terselipnya
halaman yang salah ke dalam catatan pasien dengan cara memberi stempel
atau label pada setiap halaman dengan menginformasikan identitas pasien.
9.
Berhati-hati ketika mencatat status pasien dengan HIV/AIDS. Hal ini
berkaitan dengan adanya kerahasiaan pada hasil tes HIV/AIDS di beberapa
negara yang dilindungi oleh undang-undang. Saat ini, hanyak tempat
pelayanan kesehatan yang tidak mencantumkan informasi tentang status
HIV/AIDS positif dalam status pasien atau rekam medis, termasuk di
kardeks/catatan rawat jalan, atau catatan lain.
10. Hindari menerima instruksi verbal dari dokter melalui telepon, kecuali dalam kondisi darurat.
Mengingat
banyaknya kesalahan dalam pendokumentasian melalui telepon karena
ketidakjelasan penyampaian, maka sebaiknya hal ini dihindari. Akan
tetapi, dalam situasi tertentu ketika tindakan yang diberikan kepada
pasien harus melalui kewenangan dokter, sedangkan dokter tidak berada di
tempat, maka dapat dilakukan komunikasi melalui telepon. Namun dalam
prosesnya dilanjutkan secara tertulis.
11. Tanyakan
apabila ditemukan instruksi yang tidak tepat. Bidan hendaknya selalu
memiliki kemampuan berpikir kritis dan memiliki analisis yang tajam.
Apabila muncul ketidakjelasan dalam menerima instruksi atau tugas
limpahan dari dokter, bidan sangat dianjurkan untuk bertanya tentang
kejelasannya untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi.
12.
Dokumentasi terhadap tindakan atau obat yang tidak diberikan. Segala
bentuk tindakan atau obat-obatan yang tidak boleh diberikan kepada
pasien atau harus dihentikan pemakaiannya harus didokumentasikan secara
lengkap disertai dengan alasan yang lengkap, untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
13.
Catat informasi secara lengkap tentang obat yang diberikan. Mencatat
segala bentuk manajemen obat pada pasien adalah suatu hal yang harus
dilakukan dalam proses dokumentasi kebidanan. Di antaranya tentang,
jenis obat, waktu pemberian obat, dan dosis obat.
14. Catat keadaan alergi obat atau makanan.
Pendokumentasian
keadaan alergi obat atau makanan tertentu sangat penting karena
menghindari tindakan yang kontraindikasi dapat memberikan informasi yang
berguna untuk tindakan antisipasi.
15. Catat daerah
atau tempat pemberian injeksi atau suntikan. Seluruh daerah tempat
suntikan atau injeksi juga perlu didokumentasikan. Hal ini karena tempat
atau area suntikan yang tidak diketahui dapat menimbulkan dampak yang
tidak diketahui sebelumnya seperti adanya cedera atau lainnya.
16. Catat hasil laboratorium yang abnormal.
Mencatat
hasil laboratorium yang abnormal, sangat penting karena dapat
menentukan tindakan segera. Hal ini sering terabaikan pada pencatatan
hasil laboratorium, sehingga menimbulkan kesalahan dalam proses
pengobatan.
0 komentar:
Posting Komentar