MANAJEMEN KELOLA ABORTUS SPONTAN BERULANG.
Bila kita menghadapi seorang ibu dengan riwayat abortus berulang maka kita harus mempelajari kasus ini dengan baik dengan melakukan pendataan tentang riwayat suami istri dan pemeriksaan fisik ibu baik secara anatomis maupun laboratorik Perhatikan apakah abortus terjadi pada trimester pertama atau trimester ke dua. Bila terjadi pada trimester pertama maka banyak faktor yang harus dicari sesuai kemungkinan etiologi atau mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka faktor – faktor penyebab lebih cenderung pada faktor anatomis terjadinya inkompetensia serviks dan adanya tumor mioma uteri serta infeksi yang berat pada uterus atau serviks. Ikutilah langkah – langkah investigasi untuk mencari faktor – faktor yang potensial menyebabkan terjadinya abortus spontan yang berulang sebagai berikut :
Riwayat penyakit terdahulu
Kapan abortus terjadi. Apakah pada trimester pertama atau pada trimester berikutnya adakah penyebab mekanis yang menonjol.
Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat (naza).
Infeksi ginekologi dan obstetri.
Gambaran asosiasi terjadinya “antiphospholipid syndrome ( thrombosis, autoimmune phenomena, false-positive tests untuk syphilis)
Faktor genitika antara suami istri ( consanguinity ).
Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindroma yang berkaitan dengan kejadian abortus ataupun partus prematurus yang kemudian meninggal.
Pemeriksaan diagnostik yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara umum
Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan laboratorium
Kariotik darah tepi kedua orang tua
Histerosangografi diikuti dengan histeroscopi atau laparoskopi bila ada indikasi
Biopsi endometrium pada fase luteal
Pemeriksaan hormon TSH dan antibodi anti tiroid
Antibodi antiphospholipid ( cardiolphin, phosphatidylserine )
Lukpus antilogulan ( “a partial thromboplastin time or Russell Viper Venom “ )
Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit
Kultur cairan serviks ( mycoplasma, ureaplasma,chlamdia) bila diperlukan.
PENGOBATAN
Setelah dilakukan investigasi maksimal, bila sudah terjadi konsepsi baru pada ibu dengan riwayat abortus berulang maka kita perlu memberikan support psikologik untuk mendapatkan pertumbuhan embrio intra uterin yang baik. Kenali kemungkinan terjadinya anti phospholipid sindroma atau mencegah terjadinya infeksi intra uterin.
Pemeriksaan kadar ?-HCG secara periodik pada awal kehamilan dapat membantu pemantauan kelangsungan kehamilan sampai pemeriksaan USG dapat dikerjakan. Gold standart untuk memonitoring kehamilan dini adalah pemeriksaan USG, dikerjakan setiap dua minggu sampai kehamilan ini tidak mengalami kegagalan ( abortus ). Pada keadaan embrio tidak terdapat gerakan jantung janin maka perlu segera dilakukan evakuasi serta pemeriksaan kariotip jaringan hasil konsepsi tersebut.
Pemeriksaan serum ? – fetoprotein perlu dilakukan pada usia kehamilan 16 – 18 minggu. Pemeriksaan kariotip dari buah kehamilan dapat dilakukan dengan melakukan amniosintesis air ketuban untuk menilai bagus atau tidaknya buah kehamilan. Bila belum terjadi kehamilan pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil investigasi yang ada. Pengobatan disini termasuk memperbaiki kualitas sel telur atau spermatozoa, kelainan anatomi, kelainan indukrin, infeksi dan berbagai variasi hasil pemeriksaan reaksi imunologi. Pengobatan pada penderita yang mengidap pecandu obat (naza) perlu dilakukan juga. Konsultasi psikologi ( counseling ) juga akan sangat membantu.
Bila kehamilan kemudian berakhir dengan kegagalan lagi maka pengobatan secara intensif harus dikerjakan secara bertahap baik perbaikan kromosom, anomali anatomi, kelainan endokrin, infeksi, faktor imunologi, anti phospholipid sindroma, terapi imunoglobulin atau imunomodulator perlu diberikan secara berurutan. Hal ini merupakan suatu pekerjaan yang besar dan memerlukan pengamatan yang memadai untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
0 komentar:
Posting Komentar