Minggu, 08 April 2012

gejala yang timbul akibat sistem peredaran darah jantung (kardiovaskuler) yang terganggu

Gejala Kardiovaskuler
Berbagai gejala yang timbul akibat sistem peredaran darah jantung (kardiovaskuler) yang terganggu sebagai berikut.

Angina Pectoris (Nyeri Dada)
Gejala angina pectoris berupa nyeri dada akibat infark miocard acad. Pemeriksaan pada kasus ini biasanya dilakukan dengan melihat bidang dada, bahu, dan leher. Jika terjadi ketidak-harmonisan, dokter mencurigainya sebagai serangan jantung. Serangan ini biasanya berlalu setelah 130 menit diberikan notroglycerin. Pada kasus non- coroner, gejala ini bisa terjadi akibat emboli (gelembung) yang mengganggu pembuluh darah paru, neurotic pada aorta, gangguan pada perut (gastrointestinal), dan masalah psikologis.

Dyspnea (Kesulitan Bernapas)
Gejala ini sering menandakan kegagalan jantung, akibat otot jantung tidak mampu bekerja dengan baik. Untuk mengatasi masalah ini, penderita harus tidur telentang dan kepalanya diganjal dua atau tiga bantal. Kesulitan bernapas ini sering, diakibatkan oleh tidak efektifnya jantung memompa darah, sehingga paru-paru kekurangan darah. Di samping akibat lemah jantung, gejala ini bisa karena pembesaran jantung.

Palpitation (Jantung Berdebar)
Gejala palpitation berupa rasa seperti tertumbuk di rongga dada dan jantung. Jika dilihat dengan mata telanjang, penyebabnya sulit diketahui secara pasti, karena sangat banyak kemungkinan penyebabnya. Karenanya perlu dilakukan pemeriksaan kecepatan debar jantung dan frekuensinya, serta berbagai faktor penyebab lainnya.

Syncope (Pingsan)
Penderita syncope (pingsan) bisa sampai kehilangan kesadaran. Ditinjau dari etimologi, penyakitnya bisa disebabkan gangguan detak jantung, gangguan dinding jantung, dan tekanan darah tinggi, sehingga detak jantung menjadi tidak berirama atau tidak beraturan.

Fatigue (Keletihan)
Gejalanya berupa gagal jantung yang disebabkan terganggunya fungsi katup mitral pada jantung, klep paru, atau klep aorta yang selalu diikuti oleh gejala (symptom) anemia, yang menyebabkan penderita lemah dan tidak bergairah.

Cough (Batuk-batuk)
Cough atau batuk-batuk disebabkan tidak terkendalinya produksi lendir karena tingginya tekanan darah di paru-paru, yang salah satunya akibat tekanan darah tinggi. Dalam kasus ini terjadi penumpukan lendir dalam paru-paru. Gejalanya yang timbul antara lain penderita merasa sesak dan sakit di dada bagian tengah.

Hemoptysis (Darah Berbusa)
Gejala ini terjadi akibat adanya gangguan pada katup mitral, infark paru, atau emboli pada paru. Gejala ini diduga memiliki hubungan yang signifikan dengan tuberculosis yang diderita pasien.

Cyanosis (Kadar Hemoglobin Menurun)
Turunnya kadar hemoglobin dalam pembuluh darah menimbulkan gejala peradangan pada mata, mulut, dan bibir. Untuk mengetahui penyebabnya perlu dilakukan penelitian intensif. Biasanya gejala ini terjadi akibat produksi darah merah dalam tubuh tidak normal.

Edema (Lendir Berkumpul)
Akibat pengumpulan lendir di pembuluh darah, pengiriman darah ke vena terganggu. Pada kondisi ini cairan dapat masuk ke pembuluh kapiler dan menyebabkan paru-paru dan pembuluh darah halus di sekitarnya terganggu. Jantung pun menjadi lemah akibat suplai darah yang dikirim paru-paru ke serambi kiri berkurang.

Penyakit yang Berhubungan dengan Kardiovaskuler
Penyakit-penyakit pembuluh darah yang berkaitan erat dengan sistem peredaran darah jantung (cardiovascular) cukup banyak. Dalam hal ini para ahli ada yang menganggap sebagai dampak atau komplikasi, seperti komplikasi ke paru, ginjal, dan kencing manis. Penyakit-penyakit yang berhubungan erat dengan sistem kardiovaskuler tersebut sebagai berikut.

Jantung Koroner
Jantung koroner terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah di dalam arteri koroner (infark miocard) yang disebabkan penyumbatan atau pengapuran kolesterol (arterosclerosis) pada dinding pembuluh darah arteri di bagian dalam.

Lemah Jantung atau Jantung Mengipas
Lemah jantung atau jantung mengipas diakibatkan katup mitral pada jantung tidak bekerja dengan baik, sehingga suplai darah ke jantung dan paru tidak normal. Penyakit ini sering disertai dengan gejala sesak napas atau lemas. Gangguan terhadap katup mitral ini bisa juga disebabkan penyakit bawaan atau gangguan tekanan darah.

Penyakit Jantung Rematik
Penyakit ini terjadi akibat kuman yang mencemari pembuluh darah jantung. Penyakit ini paling banyak diderita golongan masyarakat tidak mampu yang higienitasnya kurang.

Penyakit Jantung Hipertensi
Penyakit ini akibat tekanan darah yang meninggi, sehingga jantung menjadi keletihan. Akibat beban yang terlalu berat, jantung bisa mengalami pembengkakan.

Trombosis
Terjadinya gelembung udara di dalam darah menyebabkan penyumbatan berupa trombus di dalam pembuluh darah. Jika terjadi pada pembuluh darah arteri koroner, bisa mengakibatkan infark miocard.

Pencegahan Penyakit Kardiovaskuler
Mencegah adalah tindakan yang lebih baik daripada mengobati. Pencegahan untuk penyakit kardiovaskuler adalah dengan mengendalikan faktor-faktor risikonya. Berikut ini beberapa faktor risiko penyakit kardiovaskuler.

Kadar Kolesterol Tinggi
Kadar lemak kolesterol dalam darah harus dikendalikan, terutama dengan pengaturan diet menurut pola makan sehat. Sangat dianjurkan tidak banyak makan makanan yang mengandung lemak dan kalori berlebihan. Di samping itu dianjurkan untuk memilih makanan yang mengandung banyak serat, seperti buah-buahan dan sayuran. Kadang-kadang perlu juga mengonsumsi obat penurun kadar lemak darah yang sesuai dengan anjuran.

Kebiasaan Merokok
Merokok merupakan faktor risiko paling signifikan bagi jantung. Kebiasaan merokok dapat mempercepat proses arterosclerosis, pengerasan pada permukaan bagian dalam pembuluh darah. Asap rokok mengandung nikotin yang dapat menyebabkan kenaikan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Di samping itu, asap rokok mengandung karbonmonoksida (CO) yang bisa menghambat pertukaran oksigen dalam darah dan menimbulkan kerusakan jaringan pembuluh darah, yang menjadi awal dari proses arterosclerosis.

Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi yang berlangsung dalam jangka waktu lama, menyebabkan ketegangan meningkat dalam dinding pembuluh darah. Keadaan ini bisa mempermudah timbulnya arterosclerosis. Selain itu, tekanan darah tinggi memberi beban bagi jantung, yang mengakibatkan pembengkakan jantung. Hipertensi atau darah tinggi harus segera diketahui dan dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi terhadap organ-organ lain.

Diabetes Mellitus atau Kencing Manis
Penyakit ini sering diikuti merapuhnya jaringan pembuluh darah, dan lebih cepat menimbulkan arterosclerosis pada lapisan bagian dalam pembuluh darah arteri. Penyakit ini harus segera dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi, terutama dengan cara diet menurut aturan jumlah kalori. Di samping itu, dibutuhkan obat-obat anti-diabet. Perlu diingat, penderita kencing manis sering mengalami serangan jantung pada usia muda.

Kegemukan atau Obesitas
Kegemukan atau kelebihan berat badan berarti persentase kadar lemak tubuh lebih besar daripada berat badan normal. Bobot tubuh yang berlebihan bisa memberi beban kerja jantung, sehingga bagian faal jantung terganggu. Kegemukan merupakan faktor kelipatan risiko terkena serangan jantung koroner. Orang gemuk memiliki risiko 2-3 kali terserang penyakit jantung koroner (PJK) dibandingkan dengan mereka yang normal. Mereka yang memilki berat badan lebih dari 120% perlu diperiksa kadar insulinnya. Hal ini disebabkan insulin yang berlebihan dalam pembuluh darah dapat meningkatkan tekanan darah.

Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004, jumlah orang yang mengalami berat badan lebih dan obesitas semakin meningkat seiring meningkatnya usia, mulai usia 18-24 tahun sebesar 7%, 25-34 tahun sebanyak 19%, dan 35-54 tahun sebesar 25%. Keadaan ini cenderung menurun pada usia 55-64 tahun sebesar 17%, dan usia di atas 65 tahun turun menjadi 9%. Namun, saat ini yang berpeluang mengalami obesitas bukan hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Jumlah anak yang mengalami obesitas akan meningkat tiga kali lipat dalam 20 tahun. Sedangkan menurut SKRT 2004, terdapat anak-anak yang mengalami gizi lebih yaitu anak berusia 5-12 tahun sebanyak 9%, pada anak berusia 13-15 tahun sebesar 9%, dan pada remaja 16-17 tahun sebanyak 5%. Hal ini diperparah dengan buruknya pola makan dan jarangnya berolahraga sehingga serangan jantung dan stroke bisa dialami pada usia-usia dini.

Biasanya, untuk mengukur berat badan normal (BBN) digunakan rumus Brocca, BBN: 90% (tinggi badan-100). Misalnya, berat badan 70 kg dengan tinggi 170 cm, berat badan normalnya: 90% (170-100) = 63 kg. Ini berarti yang bersangkutan memiliki kelebihan berat badan 70-63 kg = 7 kg. Jika kelebihan berat badan lebih dari 10 kg, perlu diwaspadai.

Berat badan normal juga bisa diukur menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan rumus :

Indeks Masa Tubuh = Berat Badan (kg)/Tinggi Badan (m2)

Contoh perhitungan, misalnya berat badan 74,8 kg, tinggi badan 167 cm (1,67 m), maka dengan rumus IMT dilakukan perhitungan: 74,8 kg : 1,67 m kuadrat = 26,8. Dengan IMT sebesar 26,8.

Gaya Hidup
Gaya hidup yang tidak sesuai dengan aturan kesehatan juga menjadi faktor penentu kejadian penyakit jantung koroner dan kardiovaskuler. Stres atau tekanan perasaan juga menyebabkan peninggian tekanan darah. Untuk mencegah keadaan ini, sebaiknya hindari kebiasaan buruk, serba terburu-buru, gelisah, dan cemas. Bersikap tawakal dan pasrah adalah salah satu cara tepat untuk mencegah stres karena bisa membawa ketenangan jiwa.

0 komentar:

Posting Komentar