Rabu, 14 Maret 2012

Pengertian Glomerulonefritis Kronik

Defenisi

Adalah glomerulonefritis tingkat akhir (“and stage”) dengan kerusakan jaringan ginjal akibat proses nefrotik dan hipertensi sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang irreversible.

II. Etiologi

  • Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi.
  • Dibatas mellitus
  • Hipertensi kronik
  • Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.

III. Gambaran Klinik

  • Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal ginjal.
  • Lemah, nyeri kepala, gelisah, mula, coma dan kejang pada stadium akhir.
  • Edema sedikit, bertambah jelas jika memasuki fase nefrotik.
  • Suhu subfebril.
  • Kolestrol darah naik.
  • Penurunan kadar albumin.
  • Fungsi ginjal menurun.
  • Ureum meningkat + kreatinin serum.
  • Anemia.
  • Tekanan darah meningkat mendadak meninggi.
  • Kadang-kadang ada serangan ensefalopatihipertensi.
  • Gagal jantung --> kematian.
  • Berat badan menurun.
  • Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)
  • Hematuria.

IV. Pemeriksaan Diagnostik

  1. Pada urine ditemukan :
    • Albumin (+)
    • Silinder
    • Eritrosit
    • Lekosit hilang timbul
    • BJ urine 1,008 – 1,012 (menetap)
  2. Pada darah ditemukan:
    • LED tetap meninggi
    • Ureum meningkat
    • Fosfor serum meningkat
    • Kalsium serum menurun
  3. Pada stadium akhir :
    • Serum natrium dan klorida menurun
    • Kalium meningkat
    • Anemia tetap
  4. Pada uji fugsional ginjal menunjukan kelainan ginjal yang progresif.

Penatalaksanaan

  1. Medik :
    • Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
    • Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
    • Pengawasan hipertenasi --> antihipertensi.
    • Pemberian antibiotik untuk infeksi.
    • Dialisis berulanguntuk memperpanjang harapan hidup pasien.
  2. Keperawatan :
    • Disesuaikan dengan keadaan pasien.
    • Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada ahlinya.
    • Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
    • Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai kemampuannya.
    • Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke sindrom nefrotik atau GGK.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GLOMERULONEFRITIS

I. Pengkajian

  1. Genitourinaria
    • Urine keruh
    • Proteinuria
    • Penurunan urine output
    • Hematuri
  2. Kardiovaskuler
    • Hipertensi
  3. Neurologis
    • Letargi
    • Iritabilitas
    • Kejang
  4. Gastrointestinal
    • Anorexia
    • Vomitus
    • Diare
  5. Hematologi
    • Anemia
    • Azotemia
    • Hiperkalemia
  6. Integumen
    • Pucat
    • Edema

II. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

  1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan retensi air dan hipernatremia
    1. Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukkan perfusi jaringan serebral normal ditandai dengan tekanan darah dalam batas normal, penurunan retensi air, tidak ada tanda-tanda hipernatremia.
    2. Intervensi :
      1. Monitor dan catat Tekanan Darah setiap 1 – 2 jam perhari selama fase akut.
        Rasional: untuk mendeteksi gejala dini perubahan Tekanan Darah dan menentukan intervensi selanjutnya.
      2. Jaga kebersihan jalan nafas, siapkan suction
        Rasional: serangan dapat terjadi karena kurangnya perfusi oksigen ke otak
      3. Atur pemberian anti Hipertensi, monitor reaksi klien.
        Rasional: Anti Hipertensi dapat diberikan karena tidak terkontrolnya Hipertensi yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal
      4. Monitor status volume cairan setiap 1 – 2 jam, monitor urine output (N : 1 – 2 ml/kgBB/jam).
        Rasional: Monitor sangat perlu karena perluasan volume cairan dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.
      5. Kaji status neurologis (tingkat kesadaran, refleks, respon pupil) setiap 8 jam.
        Rasional: Untuk mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada status neurologis, memudahkan intervensi selanjutnya.
      6. Atur pemberian diuretic : Esidriks, lasix sesuai order.
        Rasional: Diuretic dapat meningkatkan eksresi cairan.
  2. Peningkatan volume cairan berhubungan dengan oliguri
    1. Kriteria Evaluasi: Klien dapat mempertahankan volume cairan dalam batas normal ditandai dengan urine output 1 - 2 ml/kg BB/jam.
    2. Intervensi :
      1. Timbang BB tiap hari, monitor output urine tiap 4 jam.
        Rasional: Peningkatan BB merupakan indikasi adanya retensi cairan, penurunan output urine merupakan indikasi munculnya gagal ginjal.
      2. Kaji adanya edema, ukur lingkar perut setiap 8 jam, dan untuk anak laki-laki cek adanya pembengkakan pada skrotum
        Rasional: Peningkatan lingkar perut danPembengkakan pada skrotum merupakan indikasi adanya ascites.
      3. Monitor reaksi klien terhadap terapi diuretic, terutama bila menggunakan tiazid/furosemide.
        Rasional: Diuretik dapat menyebabkan hipokalemia, yang membutuhkan penanganan pemberia potassium.
      4. Monitor dan catat intake cairan.
        Rasional: Klien mungkin membutuhkan pembatasan pemasukan cairan dan penurunan laju filtrasi glomerulus, dan juga membutuhkan pembatasan intake sodium.
      5. Kaji warna warna, konsentrasi dan berat jenis urine.
        Rasional: Urine yang keruh merupakan indikasi adanya peningkatan protein sebagai indikasi adanya penurunan perfusi ginjal.
      6. Monitor hasil tes laboratorium
        Rasional: Peningkatan nitrogen, ureum dalam darah dan kadar kreatinin indikasi adanya gangguan fungsi ginjal.
  3. Perubahan status nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan anorexia.
    1. Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukan peningkatan intake ditandai dengan porsi akan dihabiskan minimal 80%.
    2. Intervensi :
      1. Sediakan makan dan karbohidrat yang tinggi.
        Rasional: Diet tinggi karbohodrat biasanya lebih cocok dan menyediakan kalori essensial.
      2. Sajikan makan sedikit-sedikit tapi sering, termasuk makanan kesukaan klien.
        Rasional: Menyajikan makan sedikit-sedikt tapi sering, memberikan kesempatan bagi klien untuk menikmati makanannya, dengan menyajikan makanan kesukaannya dapat menigkatkan nafsu makan.
      3. Batasi masukan sodium dan protein sesuai order.
        Rasional: Sodium dapat menyebabkan retensi cairan, pada beberapa kasus ginjal tidak dapat memetabolisme protein, sehingga perlu untuk membatasi pemasukan cairan.
  4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue.
    1. Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukan adanya peningkatan aktivitas ditandai dengan adanya kemampuan untuk aktivitas atau meningkatnya waktu beraktivitas.
    2. Intervensi :
      1. Buat jadwal/periode istirahat setelah aktivitas.
        Rasional: Dengan periode istirahat yang terjadual menyediakan energi untuk menurunkan produksi dari sisa metabolisme yang dapat meningkatkan stress pada ginjal.
      2. Sediakan / ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas yang menantang sesuai dengan perkembangan klien.
        Rasional: Jenis aktivitas tersebut akan menghemat penggunaan energi dan mencegah kebosanan.
      3. Buat rencana / tingkatan dalam keperawatan klien agar tidak dilakukan pada saat klien sementara dalam keadaan istirahat pada malam hari.
        Rasional: Tingkatan dalam perawatan/pengelompokan dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan tidurnya.
  5. Gangguan istirahat tidurberhubungan dengan immobilisasi dan edema.
    1. Kriteria / Evaluasi: Klien dapat mempertahankan integritas kulit ditandai dengan kulit tidak pucat, tidak ada kemerahan, tidak ada edema dan keretakan pada kulit/bersisik.
    2. Intervensi :
      1. Sediakan kasur busa pada tempat tidur klien
        Rasional: Menurunkan resiko terjadinya kerusakan kulit.
      2. Bantu merubah posisi tiap 2 jam.
        Rasional: Dapat mengurangi tekanan dan memperbaiki sirkulasi, penurunan resiko terjadi kerusakan kulit.
      3. Mandikan klien tiap hari dengan sabun yang mengandung pelembab.
        Rasional: Deodoran / sabun berparfum dapat menyebabkan kulit kering, menyebabkan kerusakan kulit.
      4. Dukung / beri sokongan dan elevasikan ekstremitas yang mengalami dema.
        Rasional: Meningkatkan sirkulasi balik dari pembuluh darah vena untuk mengurangi pembengkakan.
      5. Jika klien laki-laki scrotum dibalut.
        Rasional: Untuk mengurangi kerusakan kulit

Daftar Pustaka

  1. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarth edisi 8 volume 2, Sozannie, Smeltzer and Brenda.E.Bare, penerbit EGC, Jakarta 2002.
  2. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit buku 2 edisi 4, Penerbit EGC, Jakarta 1995.
  3. Buku saku Keperawatan Pediatri, Cecily L.Betz dan Linda A. Sowden, Edisi 3, Penerbit EGC Jakarta 2002.
  4. Pedoman Praktek Keperawatan, Sandra M.Nettina, Penerbit EGC, Jakarta.
  5. Perawatan Anak Sakit, Ngastiyah, Penerbit EGC, Jakarta 1997.
  6. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Barbara Engram, Volume I, Penerbit EGC, Jakarta 1998.
  7. Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Barbara C. Long, Bandung 1996.

0 komentar:

Posting Komentar