Kamis, 15 Maret 2012

Asuhan Keperawatan Syndrome Maniere

ASKEP PENYAKIT MENIERE

A. Pengertian Penyakit Meniere

Penyakit Maniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinnitus dan serangan vertigo (Kapita Selekta Edisi 3).
Pengertian vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar.
Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya

B. Etiologi Penyakit Meniere

Etilogi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti namun diduga adalah merupakan :
  1. Pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang menuju ke labirin.
  2. Gangguan elektrolit dalam cairan labirin.
  3. Reaksi alergi
  4. Gangguan autoimun
Penyakit Maniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga tengah yang abnormal yang disebabkan oleh malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus.
Namun, ada bukti menunjukkan bahwa banyak orang yang menderita penyakit Meniere mengalami sumbatan pada duktus endolimfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hidrops endolimfatikus, yang merupakan pelebaran ruang endolimfatikus. Baik peningkatan tekanan dalam sistem ataupun ruptur membran telinga dalam dapat terjadi dan menimbulkan gejala Meniere.

C. Patofisiologi Penyakit Meniere.

Hidrops (pembengkakan) endolif akibat endolif dalam skala media oleh stria vaskularis terhambat.

D. Pathway Syndrome Maniere

 

E. Manifestasi Klinik Penyakit Meniere

Meniere ditandai oleh 4 (empat) gejala :
  1. Kehilangan pendengaran sensorineoral progresif. Kehilangan pendengaan sensorineural progresif dan fluktuatif. Tinnitus bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum, setelah maupun selama serangan vertigo.
  2. Secara periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya tekanan di dalam telinga.
  3. Tinitus atau suara berdenging. Pada kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada 10-15% penderita, penyakit ini menyerang kedua telinga
  4. Veritgo Gejalanya berupa serangan vertigo tak tertahankan episodik yang sering disertai mual dan/atau muntah, yang berlangsung selama 3-24 jam dan kemudian menghilang secara perlahan

F. Pemeriksaan Penunjang Penyakit Meniere

  1. Tes gliserin : Pasien diberikan minuman gliserin 1,2 ml/kg BB setelah diperiksa tes kalori dan audiogram. Setelah dua jam diperiksa kembali dan dibandingkan.
  2. Audiogram : Tuli sensorineural, terutama nada rendah dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutinen.
    Kadang audiogram dehidrasi dilakukan di mana pasien diminta meminum zat penyebab dehidrasi, seperti gliserol atau urea, yang secara teoritis dapat menurunkan jumlah hidrops endolimfe.
  3. Elektrokokleografi menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit meniere.
  4. Elektronistagmogram bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.
  5. CT scan atau MRI Kepala
  6. Elektroensefalografi
  7. Stimulasi kalorik

G. Penatalaksanaan Penyakit Meniere

Pasien harus dirawat di rumah sakit, berbaring dalam posisi yang meringankan keluhan
  1. Diet : Banyak pasien dapat mengontrol gejala dengan mematuhi diet rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah natrium merupaka salah satu faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan ciran dapat memutuskan keseimbangan halus antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga dalam.
    Garam Natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan kemudian pada waktu memasak atau mengolah. Makanan berasal dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam Natrium daripada makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan.
    Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan : natrium Chlorida atau garam dapur, Mono Sadium Glumat atau vetsin, Natrium Bikarbonat atau soda kue, Natrium Benzoat atau senyawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti cornet beef.
    Makanan yang diperbolehkan adalah :
    1. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuh, seperti :
      1. Beras, kentang, ubi, mie tawar, maezena, hunkwee, terigu, gula pasir.
      2. Kacang-kacangan dan hasil oleh kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom.
      3. Minyak goreng, margarin tanpa garam
      4. Sayuran dan buah-buahan
      5. Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos, lombok, salam, sereh, cuka.
    2. Bahan makanan berasal dari hewan dalam jumlah terbatas
    3. Minuman seperti the, sirup, sari buah.
    Makanan yang perlu dibatasi :
    1. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam Natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti :
      1. Roti biskuit, kraker, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda.
      2. Dendeng, abon, corned beef, daging asap, bacon, ham, ikan asin, ikan pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asing, telur pindang.
      3. Keju, Keju kacang tanah (pindakas).
      4. Margarin, mentega.
      5. Acar, asinan sayuran dalam kaleng.
      6. Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.
      7. Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, maggi, terasi, petis, taoco, tomato ketcup.
    2. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang mengandung lebih banyak natrium. Sebaiknya bahan makanan ini dihindarkan.
    3. Kafein dan nikotin merupakan stimulan vasoaktif, dan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala. Ada kepercayaan bahwa serangan vertigo dipicu oleh reaksi alergi terhadap ragi dalam alkohol dan bukan karena alkoholnya.
  2. Farmakologis : Tindakan pengobatan untuk vertigo terdiri atas antihistamin, seperti meklizin (antivert), yang menekan sistem vestibuler. Tranquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan sebagai pengobatan jangka panjang.
    Antiemetik seperti supositoria prometazin (phenergan) tidak hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga vertigo karena efek antihistaminnya. Diuretik seperti Dyazide atau hidroklortiazid kadang dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe.
    Pasien harus diingatkan untuk makan-makanan yang mengandung kalium, seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika menggunakan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.
  3. Penatalaksanaan Bedah : Dekompresi sakus endolimfatikus atau pintasan secara teoritis akan menyeimbangkan tekanan dalam ruangan endolimfe. Pirau atau drain dipasang di dalam sakus endolimfatikus melalui insisi postaurikuler.
    Obat ortotoksik, seperti streptomisisn atau gentamisisn, dapat diberikan kepada pasien dengan injeksi sistemik atau infus ke telinga tengah dan dalam.
    Prosedur labirinektomi dengan pendekatan transkanal dan transmastoid juga berhasil sekitar 85% dalam menghilangkan vertigo, namun fungsi auditorius telinga dalam juga hancur.
    Pemotongan nervus nervus vestibularis memberikan jaminan tertinggi sekitar 98% dalam menghilngkan serangan vertigo. Dapat dilakukan translabirin (melali mekanisme pendengaran) atau dengan cara yang dapat mempertahankan pendengaran (suboksipital atau fosa kranialis medial), bergantung pada derajat hilangnya pendengaran. Pemotongan saraf sebenarnya mencegah otak menerima masukan dari kanalis semisirkularis

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT MENIERE.

1. Pengkajian

Fokus dari pengkajian keperawatan untuk pasien dengan penyakit meniere adalah diarahkan kepada pengamatan terhadap makan makanan yang tinggi kandungan vasoaktifnya, riwayat trauma, riwayat hipertensi, riwayat alergi, faktor stres, emosional sakit kepala yang hebat.

2. Diagnosa Keperawatan

  1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo.
  2. Ansietas berhubungan dengan ancaman,atau perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.
  3. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.
  4. Kurang perawatan diri (makan, mandi/higiene, berpakaian/berdandan, toileting) berhubungan dengan disfungsi labirin dan vertigo.

3. Intervensi Keperawatan

  1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahn mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo.
    1. Tujuan : Tetap bebas dari cedera yang berkaitan dengan ketidakseimbangan dan/jatuh
    2. Intervensi Keperawatan :
      1. Kaji vertigo yang meliputi riwayat, amitan, gambaran serangan, durasi, frekuensi, dan adanya gejala telinga yang terkait kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh di telinga. Rasional : Riwayat memberikan dasar untuk intervensi selanjutnya.
      2. Kaji luasnya ketidakmampuan dalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-hari. Rasional : Luasnya ketidakmampuan menurunkan resiko jatuh.
      3. Ajarkan atau tekankan terapi vestibular/keseimbangan sesuai ketentuan Rasional : Latihan mempercepat kompensasi labirin yang dapat mengurangi vertigo dan gangguan cara jalan.
      4. Berikan atau ajari cara pemberian obat anti vertigo aaaaaadan atau obat peneang vestibular serta beri petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya. Rasional : Menghilangkan gejala akut vertigo.
      5. Dorong pasien untuk berbaring bila merasa pusing,dengan pagar tempat tidur dinaikkan. Rasional : Mengurangi kemungkinan jatuh dan cedera.
      6. Letakkan bantal pada kedua sisi kepal untuk membatasi gerakkan Rasional : Gerakkan akan memperberat vertigo.
  2. Ansietas berhubungan dengan ancaman,atau perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.
    1. Tujuan : Mengurangi atau tidak mengalami ansietas.
    2. Intervensi Keperawatan :
      1. Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu. Rasional : Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
      2. Beri informasi mengenai vertigo dan penanganannya. Rasional : Meningkatkan pengetahuan membantu mengurangi ansietas
      3. Dorong pasien mendiskusikan ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan vertigo. Rasional : Meningkatkan kesadaran dan pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.
      4. Ajarkan pasien teknik penatalaksanaan stress atau lakukan rujukan bila perluh. Rasional : Memperbaiki manajemen stress, mengurangi frekwensi dan beratnya serangan fertigo.
      5. Beri upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang menyebebkan stress Rasional : situasi penuh stress dapat memperberat gejala kondisi ini
      6. Instruksikan pasien dalam aspek program pengobatan Rasional : pengetahuan pasien membantu mengurangi ansietas.
  3. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.
    1. Tujuan : Mengurangi resiko trauma dengan mengadaptasi lingkungan rimah dan dengan menggunakan alat rehabilitatif bila perlu.
    2. Intervensi Keperawatan :
      1. Lakukan pengkajian untuk gangguan keseimbangan dan /atau fertigo dengan menarik riwayat dan dengan pemeriksaan adanya nistagmus, romberg positif, dan ketidak mampuan melakukan romberg tandem. Rasional : Kelainan vestibuler perifer menyebabkan gejala dan tanda ini.
      2. Bantu ambulasi bila ada indikasi Rasional : Cara jalan yang abnormal yang dapat membuat pasien tidak bisa tegak dan jatuh
      3. Lakukan pengkajian ketajaman penglihatan dan defisit proprioseptif Rasional : keseimbangan tergantung pada sistem visual, vestibuler dan propriosep
      4. Dorong peningkatan tingkat aktivitas dengan atau tanpa menggunakan alat bantu Rasional : peningkatan aktivitas dapat membantu mencapai kembali sistem keseimbangan.
      5. Bantu mengidentifikasi bahaya dilingkungan rumah Rasional : Adaptasi terhadap lingkungan rumah dapat menurunkan resiko jatuh selama proses rehabilitasi.
  4. Kurang perawatan diri, makan, mandi atau higienic, berpakaian atau berdandan, toileting berhubungan dengan disfungsi labirin dan fertigo.
    1. Tujuan : bergabung dalam aktivitas pengalih
    2. Intervensi Keperawatan :
      1. Kaji tingkat dan jenis aktivitas pengalih untuk merencanakan aktivitas yang sesuai. Rasional : Kebosanan dapat terlihat, begitu juga depresi, membantu menentukan toleransi maupun kesukaan.
      2. Diskusikan pola aktivitas pengalih yang biasa dengan pasien. Berikan kesempatan untuk melanjutkan aktivitas pengalih yang sangat berarti. Rasional : Untuk menyediakan informasi mengenai stresor yang nyata maupun yang dirasakan yang mempengaruhi tingkat aktivitas, mendukung rasa harga diri dan produktifitas pasien.

4. Tindakan / Implementasi

  1. Resiko tinggi cedera
    1. Mengkaji vertigo yang meliputi riwayat, awitan, gambaran seragam, durasi, frekwensi adanya gejala telinga yang terkait ( kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh ditelinga ).
    2. Mengkaji luasnya ketidak mampuandalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-hari
    3. Mengajarkan atau menekankan terapi vestibuler/keseimbangan yang sesuai dengan ketentuan.
    4. Memberikan atau mengajari cara pemberian obat anti vertigo dan atau obat penenangvestibuler serta memberi petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.
    5. Mendorong pasien untuk berbaring bila merasa pusing, dengan pagar tempat tidur dinaikan.
    6. Meletakan bantal pada kedua sisi kepala untuk membatasi gerakan.
  2. Ansietas
    1. Mengkaji tingkat ansietas. Membantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
    2. Memberikan informasi mengenai vertigo dan penanganannya
    3. Mendorong pasien mendiskusikan ansietas dan menggali keprihatinan mengenai serangan vertigo
    4. Mengajarkan pasien teknik penatalaksanaanstress atau melakukan rujukan bila perlu.
    5. Memberikan upaya kenyamanan dan mungkin dari aktivitas yang menyebabkan stres.
    6. Instruksikan pasien dalam aspek program pengobatan.
  3. Resiko terhadap trauma
    1. Melakukan pengkajian untuk gangguan keseimbangan dan atau vertigo dengan menarik riwayat dan dengan pemeriksaan adanya nistagmus, romberg positif, dan ketidakmampuan melakukan romberg tandem.
    2. Membantu ambulasi bila ada indikasi
    3. Melakukan pengkajian ketajaman penglihatan devisit proprioseptif
    4. Mendorong peningkatan aktivitas dengan atau tanpa menggunakan alat bantu.
    5. Membantu mengidentifikasi bahaya dilingkungan rumah
  4. Kurang perawatan diri, makan, mandi/higiene, berpakaian/berdandan, toileting
    1. Mengkaji tingkat dan jenis aktivitas pengalih untuk merencanakan aktivitas yang sesuai
    2. Mendiskusikan pola aktivitas pengalih yang biasa dengan pasien. Memberikan kesempatan untuk melanjutkan aktivitas pengalih yang sangat berarti

5. Evaluasi

Hasil yang diharapkan :
  1. Memperlihatkan adanya pengurangan resiko cedera :
    1. Klien mengerti dan mampu mengikuti terapi vestibular
    2. Klien tahu dan mengerti cara meminum obat yang benar dan efek samping obat
    3. Dan mempertahankan tirah baring bila merasa pusing.
  2. Memperlihatkan penurunan ansietas atau tidak mengalami ansietas :
    1. Melaporkan atau mendiskusikan ansietas
    2. Mengikuti teknik penatalaksanan stress
    3. Memperlihatkan kenyamanan
    4. Menghindari aktivitas yang menyebabkan stress
  3. Memperlihatkan adanya pengurangan resiko terhadap trauma :
    1. Memperlihatkan peningkatan aktivitas tanpa menggunakan alat bantu
    2. Mampu mengidentifikasi bahaya dilingkungan rumah
  4. Memperlihatkan perubahan atau peningkatan personal hygiene :
    1. Melakukan aktivitas yang sesuai dengan jenis aktivitas pengalih
    2. Melaporkan pola aktivitas pengalih
    3. Mampu melanjutkan aktivitas pengalih.

0 komentar:

Posting Komentar