Kamis, 15 Maret 2012

Asuhan Keperawatan Kanker Tiroid

A. DEFINISI KANKER TIROID

Kanker Tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.

B. ETIOLOGI KANKER TIROID

Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah factor genetic. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik dan meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar.
Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.

C. PATOFISIOLOGI KANKER TIROID

Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid yang diskret. Kadang-kadang mirip goiter noduler jinak. Nodule-nodule tiroid dapat diraba, kebanyakan nodule tersebut jinak, namun beberapa nodule goiter bersifat karsinoma.
Untuk menentukan apakah nodule tiroid ganas atau tidak, harus dinilai factor-faktor resiko dan gambaran klinis massa tersebut, dan harus dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium.
Karsinoma tiroid biasanya kurang menangkap yodium radioaktif dibandingkan kelenjar tiroid normal yang terdapat disekelilingnya. Dengan cara scintiscan. nodule akan tampak sebagai suatu daerah dengan pengambilan yodium radioaktif yang berkurang, Tehnik yang lain adalah dengan echografi tiroid untuk membedakan dengan cermat massa padat dan massa kistik.
Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik biasanya merupakan kista jinak. Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu nodul yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya dan berhubungan dengan limfadenopati satelit.
Kanker Tiroid secara klinis dapat dibedakan menjadi suatu kelompok besar neoplasma berdiferensiasi baik dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan penyembuhan yang tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan fatal.
  1. Karsinoma papilaris Jenis yang paling banyak ditemukan, Neoplasma tumbuh lambat dan menyebar melalui saluran getah bening ke kelenjar getah bening regional.
  2. Karsinoma folikuler Tumor sangat mirip tiroid normal, meskipun pada suatu saat dapat berkembang secara progresif, cepat menyebar ketempat-tempat yang jauh letaknya. Tumor ini tidak hanya secara histologis menyerupai folikel tiroid, tetapi juga mampu menangkap yodium radioaktif. Cara metastasis melalui aliran darah ketempat jauh letaknya seperti paru-paru dan tulang.
  3. Karsinoma meduler Sel asal neoplasma ini adalah sel C atau sel parafolikuler. Seperti sel prekursornya, maka tumor ini sanggup mensekresi kalsitonin. Meskipun tampaknya tumor ini tumbuh lambat, tumor cenderung mengalami metastasis ke kelenjar getah bening local pada stadium dini. Kemudian tumor ini akan menyebar melalui aliran darah ke paru-paru, hati, tulang dan organ-organ tubuh lainnya dan ada kecenderungan bermetastasis pada stadium dini. Perkembangan dan perjalanan klinisnya dapat diikuti dengan mengukur kadar kalsitonin serum
  4. Karsinoma anaplastik Jenis tumor ini sangat ganas dan penyebarannya sangat cepat serta berdiferensiasi buruk. Karsinoma ini memperlihatkan bukti invasi lokal pada stadium dini ke struktur-struktur disekitar tiroid, serta metastasis melalui saluran getah bening dan aliran darah.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG KANKER TIROID

  1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM. Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
  2. RADIOLOGIS
    1. Foto X-Ray Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.
    2. Ultrasound Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan murah.
    3. Computerized Tomografi CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
    4. Scintisgrafi Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
  3. BIOPSI ASPIRASI Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.

E. Asuhan Keperawatan

1. PENGKAJIAN PERAWATAN KANKER TIROID:

  1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
  2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
    1. Pola makan
    2. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
    3. Pola aktivitas.
  3. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita
  4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
    1. Sistem pulmonari
    2. Sistem pencernaan
    3. Sistem kardiovaskuler
    4. Sistem muskuloskeletal
    5. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
    6. Sistem reproduksi
    7. Metabolik
  5. Pemeriksaan fisik mencakup
    1. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema disekitar leher, adanya nodule yang membesar disekitar leher
    2. Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik
    3. Parastesia dan reflek tendon menurun
    4. Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara
    5. Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas
  6. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri
  7. Pengkajian yang lain menyangkut terjadinya Hipotiroidime atau Hipertiroidisme

2. DIAGNOSA PERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN pada KANKER TIROID

  1. Nyeri
    1. Dapat Dihubungkan dengan :
      1. Adanya desakan / pembengkakan oleh nodule tumor
    2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
      1. Adanya keluhan nyeri daerah leher, bisa menyebar ke daerah orbital.
      2. Skala nyeri 0 – 10
      3. Tampak menahan nyeri
      4. Adanya nyeri telan dan kesulitan menelan
    3. Hasil yang diharapkan :
      1. Melaporkan nyeri hilang / berkurang
      2. Skala nyeri 0-2
      3. Tampak relax
      4. Tak ada keluhan menelan
    4. Intervensi Keperawatan :
      1. Observasi adanya tanda-tanda nyeri baik verbal maupun nonverbal
      2. Ajarkan dan anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
      3. Kolaborasi pemberian analgetik
  2. Bersihan jalan nafas tak efektif
    1. Dapat Dihubungkan dengan :
      1. Obstruksi trachea akibat desakan massa tumor
      2. Spasme Laringeal
      3. Penumpukan sekret
    2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
      1. Kesulitan bernafas
      2. Kesulitan mengeluarkan secret
      3. Mengeluh sesak nafas
      4. Respirasi diatas normal
    3. Hasil yang diharapkan :
      1. Tidak ada kesulitan pernafasan
      2. Secret mudah keluar
      3. Tidak mengeluh sesak nafas
      4. Respirasi dalam batas normal (16-20)
    4. Intervensi Keperawatan :
      1. Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan
      2. Auskultasi suara nafas, catat adanya ronchi
      3. Kaji adanya dyspneu, stridor dan cianosis
      4. Perhatikan kualitas pernafasan
      5. Latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi
      6. Selidiki adanya penumpukan secret dan lakukan penghisapan dengan hati-hati sesuai indikasi
      7. Kolaborasi pemberian therapi Ogsigen bila perlu
  3. Kerusakan Komunikasi Verbal
    1. Dapat Dihubungkan dengan :
      1. Cedera Pita suara
      2. Kerusakan saraf laryngeal
      3. Edema jaringan
    2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
      1. Bicara parau / tidak dapat berbicara
      2. Kerusakan artikulasi
    3. Hasil yang diharapkan :
      1. Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami
    4. Intervensi Keperawatan :
      1. Kaji fungsi bicara secara periodic
      2. Pertahankan komunikasi sederhana
      3. Memberikan metode komunikasi alternative yang sesuai
      4. Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin
Untuk Diagnosa yang lain seperti pada kasus Hipotiroidisme atau Hipertiroidisme

3. PENATALAKSANAAN MEDIS KANKER TIROID:

Penatalaksanaan medis dengan cara :
  1. Therapi Radiasi (Chemotherapi)
  2. Operasi: Pengangkatan Kelenjar tiroid baik sebagian (Tiroidectomi Partial), maupun seluruhnya (Tiroidectomi Total)
Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post Operasi
  1. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
    1. Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh penderita atau penanggung jawab penderita
    2. Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan cardiovasculer
    3. Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
    4. Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
    5. Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
    6. Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.
  2. Penatalaksanaan Intra Operasi Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan Dokter Anesthesi.
  3. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)
    1. Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil
    2. Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi
    3. Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
    4. Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita
    5. Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum

KESIMPULAN

Kanker tiroid merupakan salah satu gangguan endokrin. Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita dengan distribusi berkisar antara 2:1 sampai 3:1. Insidensinya berkisar antara 5,4 – 30 %.
Berdasarkan usia, kanker tiroid jenis papiler biasanya terjadi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun. Yang berperan dalam well differentiated carcinoma (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis , dan untuk jenis meduler adalah faktor genetik.
Kanker tiroid jenis meduler dapat diketahui dengan tes laboratorium, yaitu pemeriksaan kalsitonin dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tirotoksitosis walaupun jarang.
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Ultrasonografi diperlukan untuk membedakan tumor solid dan kistik, dan cara ini aman serta tepat.
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas dan jinak. Dengan menggunakan radioisotropik dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule.
Pada dekade terakhir ini biopsi aspirasi banyak dipergunakan sebagi prosedur diaknostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid.

PENUTUP

Penderita kanker tiroid tidak mempunyai keluhan khusus terutama pada keadaan tumor berdiferensia baik. Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap struma yang kemudian dalam waktu singkat membesar, boleh dicurigai adanya malignasi. Pada kasus demikian, palpasi tiroid merupakan hal yang penting untuk melihat adanya nodul kecil.
Asuhan yang baik dapat diberikan, dimulai dengan pengkajian fisik, menentukan diaknosa yang cepat dan tepat. Langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan dan intervensi yang mestinya diberikan. Terakhir adalah mengevaluasi apakah kondisi klien baik dan apakah tindakan telah berhasil.

DAFTAR PUSTAKA:

  1. Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999, "Pedoman Asuhan Keperawatan", Edisi ke-3. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
  2. Long Barbara C, 1996, "Medical Bedah 2" Yayasan IAPK, Pajajaran, Bandung
  3. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 1995 "Patifosiologi", Edisi ke-4 Buku ke II, Buku Kedokteran EGC, Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar