Stigma
Hukuman sosial atau stigma oleh masyarakat di berbagai belahan dunia
terhadap pengidap AIDS terdapat dalam berbagai cara, antara lain
tindakan-tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan penghindaran
atas orang yang diduga terinfeksi HIV; diwajibkannya uji coba HIV tanpa
mendapat persetujuan terlebih dahulu atau perlindungan kerahasiaannya;
dan penerapan karantina terhadap orang-orang yang terinfeksi HIV.
Kekerasan atau ketakutan atas kekerasan, telah mencegah banyak orang
untuk melakukan tes HIV, memeriksa bagaimana hasil tes mereka, atau
berusaha untuk memperoleh perawatan; sehingga mungkin mengubah suatu
sakit kronis yang dapat dikendalikan menjadi "hukuman mati" dan
menjadikan meluasnya penyebaran HIV.
Stigma AIDS lebih jauh dapat dibagi menjadi tiga kategori:
* Stigma instrumental AIDS - yaitu refleksi ketakutan dan
keprihatinan atas hal-hal yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan
menular.
* Stigma simbolis AIDS - yaitu penggunaan HIV/AIDS untuk
mengekspresikan sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup tertentu
yang dianggap berhubungan dengan penyakit tersebut.
* Stigma kesopanan AIDS - yaitu hukuman sosial atas orang yang berhubungan dengan isu HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.
Stigma AIDS sering diekspresikan dalam satu atau lebih stigma, terutama
yang berhubungan dengan homoseksualitas, biseksualitas, pelacuran, dan
penggunaan narkoba melalui suntikan.
Di banyak negara maju, terdapat penghubungan antara AIDS dengan
homoseksualitas atau biseksualitas, yang berkorelasi dengan tingkat
prasangka seksual yang lebih tinggi, misalnya sikap-sikap anti
homoseksual. Demikian pula terdapat anggapan adanya hubungan antara AIDS
dengan hubungan seksual antar laki-laki, termasuk bila hubungan terjadi
antara pasangan yang belum terinfeksi.
Dampak ekonomi
HIV dan AIDS memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan menghancurkan
jumlah manusia dengan kemampuan produksi (human capital). Tanpa nutrisi
yang baik, fasilitas kesehatan dan obat yang ada di negara-negara
berkembang, orang di negara-negara tersebut menjadi korban AIDS. Mereka
tidak hanya tidak dapat bekerja, tetapi juga akan membutuhkan fasilitas
kesehatan yang memadai. Ramalan bahwa hal ini akan menyebabkan runtuhnya
ekonomi dan hubungan di daerah. Di daerah yang terinfeksi berat,
epidemik telah meninggalkan banyak anak yatim piatu yang dirawat oleh
kakek dan neneknya yang telah tua.
Semakin tingginya tingkat kematian (mortalitas) di suatu daerah akan
menyebabkan mengecilnya populasi pekerja dan mereka yang
berketerampilan. Para pekerja yang lebih sedikit ini akan didominasi
anak muda, dengan pengetahuan dan pengalaman kerja yang lebih sedikit
sehingga produktivitas akan berkurang. Meningkatnya cuti pekerja untuk
melihat anggota keluarga yang sakit atau cuti karena sakit juga akan
mengurangi produktivitas. Mortalitas yang meningkat juga akan melemahkan
mekanisme produksi dan investasi sumberdaya manusia (human capital)
pada masyarakat, yaitu akibat hilangnya pendapatan dan meninggalnya para
orang tua. Karena AIDS menyebabkan meninggalnya banyak orang dewasa
muda, ia melemahkan populasi pembayar pajak, mengurangi dana publik
seperti pendidikan dan fasilitas kesehatan lain yang tidak berhubungan
dengan AIDS. Ini memberikan tekanan pada keuangan negara dan
memperlambat pertumbuhan ekonomi. Efek melambatnya pertumbuhan jumlah
wajib pajak akan semakin terasakan bila terjadi peningkatan pengeluaran
untuk penanganan orang sakit, pelatihan (untuk menggantikan pekerja yang
sakit), penggantian biaya sakit, serta perawatan yatim piatu korban
AIDS. Hal ini terutama mungkin sekali terjadi jika peningkatan tajam
mortalitas orang dewasa menyebabkan berpindahnya tanggung-jawab dan
penyalahan, dari keluarga kepada pemerintah, untuk menangani para anak
yatim piatu tersebut.
Pada tingkat rumah tangga, AIDS menyebabkan hilangnya pendapatan dan
meningkatkan pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah tangga. Berkurangnya
pendapatan menyebabkan berkurangnya pengeluaran, dan terdapat juga efek
pengalihan dari pengeluaran pendidikan menuju pengeluaran kesehatan dan
penguburan. Penelitian di Pantai Gading menunjukkan bahwa rumah tanggal
dengan pasien HIV/AIDS mengeluarkan biaya dua kali lebih banyak untuk
perawatan medis daripada untuk pengeluaran rumah tangga lainnya.
Penyangkalan atas AIDS
Sekelompok kecil aktivis, diantaranya termasuk beberapa ilmuwan yang
tidak meneliti AIDS, mempertanyakan tentang adanya hubungan antara HIV
dan AIDS, keberadaan HIV itu sendiri, serta kebenaran atas percobaan dan
metode perawatan yang digunakan untuk menanganinya. Klaim mereka telah
diperiksa dan secara luas ditolak oleh komunitas ilmiah, walaupun terus
saja disebarkan melalui Internet dan sempat memiliki pengaruh politik di
Afrika Selatan melalui mantan presiden Thabo Mbeki, yang menyebabkan
pemerintahnya disalahkan atas respon yang tidak efektif terhadap
epidemik AIDS di negara tersebut
0 komentar:
Posting Komentar