A. Patofisiologi
Luka
bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada
tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar
termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi,
denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran
napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam
termasuk organ visera dapat mengalami kerusakan karena luka nbakar
elektrik atau kontak yang lama dengan agens penyebab (burning agent).
Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya
luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya
kontak agen tersebut. Sebagai contoh pada kasus luka bakar tersiram air
panas pada orang dewasa. Kontak selama 1 detik dengan air yang panas
dari shower dengan suhu 68,9 0 C dapat menimbulkan luka bakar
yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat III
( Full Thickness Injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas
yang suhunya sebesar 56,10 C mengakibatkan cedera Full thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 44 0 C dapat ditoleransi dala,m periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
Trauma
termal dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh darah yang
mengakibatkan air, natrium, klorida dan protein keluar dari dalam intra
vaskuler kedaerah yang mengalami trauma dan menyebabkan edema yang
disertai penguapan yang cukup tinggi pada daerah yang luka dan dapar
berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi bila kondisi
tersebut tidak cepat ditanggulangi dengan pemberian cairan dan
elektrolit.
Luka
bakar selain mengakibatkan kerusakan fisik kulit, mengakibatkan
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia yang pada
akhirnya juga akan mempengaruhi seluruh sistem tubuh penderita tersebut,
juga keadaan hemostatis tubuh, perubahan reaksi fisiologis sebagai
respon kompensasi terhadap luka bakar berupa gejala-gajalanya adalah;
haus, pernapasan cepat, frekwensi jantung meningkat, mual dan muntah,
bising usus meningkta, edema, perubahan berat badan. Peningkatan
kotekolamin dan peningktana sekresu aldosteron, pemingktan pelepasan
glikogen, peningkatan kadar gula darah, pengisian kapiler darah, tidak
kuat terhadap suhu dingin, penurunan haluaran urin dan peningkatan berat
jenis urin.
Pasien
dengan luka bakar luas atau mayor, kadang tubuhnya tidak mampu lagi
untuk mengkompensasikan terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat
menimbulkan beragam komplikasi. Shock luka bakar adalah merupakan
komplikasi yang sering kali dialami pasien dengan luka bakar luas karena
hipoivolemik yang tidak segera diatasi.
B. Dampak luka bakar terhadap sistem tubuh.
Luka bakar dapat mengakibatkan terjadi perubahan secara fisiologis yang akut, berupa ;
1. Gangguan cairan dan elektrolit
Gangguan
cairan dan elektrolit terjadi akibat perubahan dari mekanisme dimana
terjadi perubahan pemindahan cairan dan elektrolit dari intra vasculer
ke ekstra vasculer, akibat penguapan air yang berlebihan melalui
permukaan kulit yang rusak. Kondisi tersebut diperberat dengan
terjadinya juga perpindahan cairan dari cairan ekstraseluler pada daerah
yang sehat/tidak terbakar ke tempat daerah yang trauma. Sehingga
gangguan metabolisme sel terjadi hampir seluruh tubuh, maka kondisi ini
kadang dapat lebih memperberat kondisi shock yang terjadi.
Perbedaan
shock luka bakar dengan shock akibat pendarahan yang menyebabkan
hipovolemik adalah pada shock luka bakar selain terajdi shock
hipovolemia juga terjadi kekurangan cairan ekstraseluler dalam jaringan
yang sehat terjadi gangguan metabolisme sel yang akan memperberat
keadaan shock. Selain hal tersebut diatas terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler yang mengakibatkan semakin menutrunnya volume
cairan. Dalam intra vena kebocoran pada pembuluh darah ini,
mengakibatkan protein dalam plasma lolos melalui dinding kapiler
sehingga dari jumlah protein yang lolos ini akan keluar dari tubuh
melalui luka-luka, sedangkan sisinya bertahan diruanga ekstraseluler
kurang lebih tiga minggu sebelum masuk kembali ke pembuluh darah.
Perbaikan permeabilitas kapiler terjadi berangsur-angsur setelah 24-36
jam dan cairan edema mulai diserap kembali. Dalam klinik dikenal sebagai
fase diuresis dan secara tuntas perbaikan permeabilitas normal kembali
5-6 hari.
2. Gangguan sirkulasi dan hematologi.
Adanya
penurunan cairan dan elektrolit dalam intravaskuler mengakibatkan
terjadinya penurunan curah jantung berupa stroke volume berkurang dan
resisten perifer meninggi, tachikardia dan hipotensi. Trauma luka bakar
mengakibatkan hemolisis eritrosit sehingga terjadi penurunan eritrosit
sebesar 10 % karena adanya perubahan fisik / morfologi dalam darah yang
terjadi 1-2 jam setelah luka bakar yang diakibatkan oleh pengaruh panas
tersebut. Dapat pula terjadi hemolisis yang lambat setelah 2-7 hari
terbakar yang disebabkan oleh fragilitas eritrosit yang bertambah.
Pada
kondisi tersebut diatas perlu diperhatikan lebih utama adalah jumlah
eritrosit yang aktif dalam sirkulasi. Selain terjadinya hemolisis dan
perubahan morfologi eritrosit,, berkurangnya eritrosit akibat tertahan
dalam pembuluh darah dan perdarahan-perdarahan dari jaringan yang
granulasi. Terapi transfusi darah belum diperlukan sampai 72 jamsetelah
terbakar, pada fase awal terjadinya hemokonsentrasi. bila terlalu dini
pemberian darah akan menambah kepekatan darah sedangkan plasma masih
terus bocor. Jika kondisi hemokonsentarsi sudah dikoreksi dengan
pemberian cairan dan volume intra vaskuler sudah diperbaiki juga,
transfusi perlu dipertimbangkan dengan pedoman pada hematokrit.
3. Gangguan hormonal dan metabolisme.
Kerusakan
kulit akibat luka bakar menimbulkan rasa tidak nyaman baik fisik maupun
psikologis dan stress yang berkepanjangan. Kondisi tersbut akan
meningkatkan stimulus dari kerja hormon-hormon dan berakibat peningkatan
metabolisme tubuh. Di ruang perawatn pada umumnya klien luka bakar yang
mampu melampaui fase akut akan terjadi penurunan berat badan lebih
cepat bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat. Hal ini terjadi
akibat adanya peningkatan metabolisme tubuh untuk mengembalikan
fungsi-fungsi tubuh yang terganggu akibat kerusakan jaringan, berupa
perbaikan sel –sel yang rusak. Bila sumber nutrisi / energi tidak
terpenuhi dari intake makanan dari luar maka tubuh secara alami akan
melakukan pembongkaran sumber-sumber energi cadangan yang terdapat dalam
tubuh pada jarinag tubuh yang sehat, ini tidak terlepas dari kerja
hormon-hormon. Begitu juga pada saat terjadinya kekurangan cairan tubuh.
Pada
luka bakar terjadi penghamburan sumber energi dan penurunan berat badan
karena adanya katabolisme yang hebat akibat kekurangan intake nutrisi.
Lamanya katabolisme ini tergantung dari beberapa faktor dan biasanya
metabolisme baru akan normal kembali setelah luka bakar yang dalam sudah
ditutupi dengan tandur kulit. Hipermetabolisme pada luka bakar akan
meningkat sebanding dengan luasnya luka bakar sampai dengan luas luka
bakar 40-50 % dan selanjutnya pada luka bakar yang lebih luas tidak
sebanding.
Kerusakan
kulit ,mengakibatkan ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan suhu
tubuh akibat ketidakmampuan kulit mempertahankan pengauapn air sehingga
terjadi pendinginan permukaan tubuh. Hal ini akan merangsang untuk
menghaslikan panas agar suhu dalam tubuh dapat dipertahankan.
3. Gangguan imunologi.
Pada
periode awal segera setelah trauma kepekaan terhadap infeksi meningkat,
hal ini disebabkan netropil yang seharusnya memfagosit kuman-kuman,
terperangkap dalam kapiler (zona stasis), sehingga secara bertahap
terjadin penurunan daya tahan tubuh.
Pada
luka bakar II yang tidak mengalami infeksi akan terjadi rekanalisasi
pembuluh darah, hal tersebut terjadi 48 jam pasca trauma da proses
rekanalisasi akan lengkap pada akhir minggu pertama sehingga netrofil
dapat bergerak kembali. Pada luka bakar II jaringan dibawah eschar /
subschar membentuk jaringan granulasi yang kaya dengan fibroblas dan
kapiler-kapiler baru. Bila tidak terjadi infeksi proses ini mulai pada
akhir minggu kedua dan biasanya sudah lengkap pada minggu ketiga. Dalam
keadaan normal kemampuan netrofil untuk menghancurkan bakteri naik turun
secara siklus sedangkan pada luka bakar flaktuasi tersebut amat
berlebihan sehingga pada saat terjadinya penurunan kemampuan netrofil
dapat timbul sepsis luka bakar.
C. Klasifikasi
Tingkat
keparahan luka bakar diklasifikasikan berdasarkan pada resiko
mortalitas dan resiko kecacatan fungsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keparahan cedera tersebut :
1. Kedalaman luka bakar.
Pengklasifikasian
ini menurut jarinag yang rusak; luka bakar superfisial thickness, luka
bakar deep parsial thickness dan luka bakar full thickness.
Istilah
deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat satu, dua, dan tiga.
Respon lokal terhadap luka bakar tergantung pada dalamnya kerusakan
kulit, berikut ini adalah tabel karakteristik luka bakar menurut
kedalamannya.
0 komentar:
Posting Komentar