Adalah reaksi berlebihan (hipersensitif) pada rongga hidung karena
kontak dengan bahan alergen yang ditandai dengan pilek, bersin-bersin
(kadang bersin berkepanjangan) dan hidung buntu.
Di daerah kami ( ndeso ™ kecamatan Palaran, Samarinda ) kasus ini
relatif cukup banyak (maaf ga ada angka kesakitannya). Sekitar 3-5 orang
(dalam seminggu) pasien Rinitis alergi datang ke praktek untuk berobat
atau sekedar ambil obat lanjutan. Kondisi ini mungkin ada hubungannya
dengan kelembaban, debu pabrik atau faktor pencetus lainnya.
FAKTOR PENYEBAB:
Bahan hirupan (inhalan), misalnya: debu (debu rumah, debu kasur), bulu binatang, jamur, tepungsari, dll.
Bahan makanan-minuman (ingestan), misalnya: buah tertentu, telur, ikan laut, susu, kacang-kacangan, dll.
Suhu dingin (cuaca), misalnya: hujan, ruang ber AC, dll
TANDA TANDA (gejala):
Pilek, bersin-bersin (bhs jawa: gebres-gebres) dan hidung buntu muncul
jika seseorang kontak dengan faktor penyebab (bahan alergen)
Ganggan hidung tersebut diawali dengan gatal di hidung atau
sekitarnya. Kemudian diikuti dengan pilek, bersin-bersin dan hidung
buntu.
Dapat terjadi kurangnya daya penciuman (pembauan), mata berair dan adakalanya sakit kepala.
*
Kadang disertai reaksi alergi di bagian lain ( misalnya: kulit ) saat terjadi pilek, bersin, hidung buntu.
*
Kemungkinan memiliki riwayat alergi dalam keluarga dengan berbagai
bentuk, misalnya: biduran, asma, dermatitis kontak, dll.
PENGOBATAN:
Menghindari faktor penyebab (bahan alergen) kalau bisa. Langkah ini
sangat sulit ditempuh karena seringkali bahan alergen yang harus
dihindari justru ada di sekitar penderita terkait pekerjaan atau
kesehariannya.
Obat simptomatis (mengurangi gejala):
Antihistamin (anti alergi). Digunakan saat terjadi Rinitis alergi,
misalnya: loratadine 10 mg 1×1, Terfenadine 60 mg 2×1, mebhydrolin
napadisilate 50 mg 3×1, chlorpheniramine maleate 4 mg 3×1, cetrizine
diHCl 10 mg 1×1, fexofenadine HCl 60 mg 1×1, dll
Kortikosteroid (deksametason, prednison, betametason). Obat
golongan ini diberikan secara tappering off, yakni penurunan dosis
secara bertahap, misalnya: minggu pertama 3×1, minggu kedua 2×1 dan
minggu ketiga 1×1, untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan.
Obat lokal dekongestan: tetes hidung. Penggunaan obat ini sebaiknya tidak lebih seminggu berturut-turut.
Obat minum dekongestan: misalnya: pseudoefedrin 30 mg, diminum 2-3
x sehari. kombinasi pseudoefedrin dan tripolidin, diminum 2-3 kali
sehari, dll.
Upaya meningkatkan daya tahan dan kondisi tubuh:
Olah raga teratur (pagi atau sore)
Cukup istirahat, hindari stress dan cukup makan.
0 komentar:
Posting Komentar