Minggu, 17 November 2013

Patofisiologi pada epilepsi

Dasar serangan epilepsy adalah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada sinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai kegiatan listrik yang disebabkan oleh adanya potensial membrane sel. Potensial membrane sel saraf bergantung pada permeabilitas selektif membrane neuron, yakni membrane sel mudah dilewati oleh ion K dari ruang ekstra seluler ke intra seluer yang kurang sekali ion Ca, Na dan Cl, shingga di dalam sel terdapat konsentrasi yang tinggi ion K dan konsentrasi ion Ca, Na, dan Cl menjadi rendah. Sedangkan kkeadaan sebaliknya ada pada membrane ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi ion-ion iilah ang menimbulkan potensial membrane.

Ada dua jenis neurotransmiter yaitu neurotransmiter eksitasi yang memudahkan depolarisasi atau pelepasan muatan listrik dan neurotranmiter inhibisi yang menyebabkan hipolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik.  Diantara neurotranmiter eksitasi disebut dengan glutamate, aspartap dan asetilkolin. Sedangkan neurotranmiter inhibisi yang terkenal adalah gamma amina butyric acid dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepasmuatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau rangsang. Hal ini misalnya terjadi dalam keadaan fisiologis apabila potensial aksi tiba di neuron. Dalam keadaan istirahat membrane neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membrane neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik.

Adanya berbagai faaktor, diantaranya keadaan patologik dapat merubah atau mengganggu fungsi membrane neuron sehingga membrane neuron mudah dilampaui ion Ca dan Na dari ruangan ekstraseluler ke intraseluler. Influx Ca akan lepas muatan listrik tidak terkendali, berlebihan dan tidak teratur. Pelepasan muatan listrik yang demikian oleh sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar serangan epilepsi. Suatu sifat khas serangan epilepsy adalah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat adanya pengaruh proses inhibisi. Diduga inhibisi ini merupakan pengaruh neuron-neuron serangan epilepsy. Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepasmuatan memegang peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsy terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.

Penyebab epilepsy secara patofisiologi adalah pada kanal ion yang normal terjadi keseimbangan antara masuknya ion natrium (natrium influks) dan keluarnya ion kalium (kalium efluks) sehingga terjadi aktivitas depolarisasi dan repolarisasi yang normal pada sel neuron. Jika terjadi mutasi pada kanal Na seperti yang terdapat pada generalized epilepsy with febrile seizures plus, maka terjadi natrium influks yang berlebihan sedangkan kalium efluks tetap seperti semula sehingga terjadi depolarisasi dan repolarisasi yang berlangsung berkali-kali dan cepat atau terjadi hipereksitasi pada neuron.

Secara etiopatologik, bangkitan epilepsi bisa diakibatkan oleh cedera kepala, stroke, tumor otak, infeksi otak, keracunan, atau juga pertumbuhan jarigan saraf yang tidak normal (neurodevelopmental problems), pengaruh genetik yang mengakibatkan mutasi. Mutasi genetik maupun kerusakan sel secara fisik pada cedera maupun stroke ataupun tumor akan mengakibatkan perubahan dalam mekanisme regulasi fungsi dan struktur neuron yang mengarah pada gangguan pertumbuhan ataupun plastisitas di sinapsis. Perubahan (fokus) inilah yang bisa menimbulkan bangkitan listrik di otak.

Bangkitan epilepsi bisa juga terjadi tanpa ditemukan kerusakan anatomi (focus) di otak. Disisi lain epilepsi juga akan bisa mengakibatkan kelainan jaringan otak sehingga bisa menyebabkan disfungsi fisik dan retardasi mental. Dari sudut pandang biologi molekuler, bangkitan epilepsi disebabkan oleh ketidakseimbangan sekresi maupun fungsi neurotransmiter eksitatorik dan inhibitorik di otak.

Keadaan ini bisa disebabkan sekresi neurotransmiter dari presinaptik tidak terkontrol ke sinaptik yang selanjutnya berperan pada reseptor NMDA atau AMPA di post-sinaptik. Beberapa penelitian neurogenetik membuktikan adanya beberapa faktor yang bertanggungjawab atas bangkitan epilepsi antara lain kelainan pada ligand-gate (sub unit dari reseptor nikotinik) begitu juga halnya dengan voltage-gate (kanal natrium dan kalium).

0 komentar:

Posting Komentar