Defenisi
Adalah glomerulonefritis tingkat akhir (“and stage”) dengan kerusakan
jaringan ginjal akibat proses nefrotik dan hipertensi sehingga
menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang irreversible.
II. Etiologi
- Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi.
- Dibatas mellitus
- Hipertensi kronik
- Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.
III. Gambaran Klinik
- Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal ginjal.
- Lemah, nyeri kepala, gelisah, mula, coma dan kejang pada stadium akhir.
- Edema sedikit, bertambah jelas jika memasuki fase nefrotik.
- Suhu subfebril.
- Kolestrol darah naik.
- Penurunan kadar albumin.
- Fungsi ginjal menurun.
- Ureum meningkat + kreatinin serum.
- Anemia.
- Tekanan darah meningkat mendadak meninggi.
- Kadang-kadang ada serangan ensefalopatihipertensi.
- Gagal jantung --> kematian.
- Berat badan menurun.
- Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)
- Hematuria.
IV. Pemeriksaan Diagnostik
- Pada urine ditemukan :
- Albumin (+)
- Silinder
- Eritrosit
- Lekosit hilang timbul
- BJ urine 1,008 – 1,012 (menetap)
- Pada darah ditemukan:
- LED tetap meninggi
- Ureum meningkat
- Fosfor serum meningkat
- Kalsium serum menurun
- Pada stadium akhir :
- Serum natrium dan klorida menurun
- Kalium meningkat
- Anemia tetap
- Pada uji fugsional ginjal menunjukan kelainan ginjal yang progresif.
Penatalaksanaan
- Medik :
- Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
- Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
- Pengawasan hipertenasi --> antihipertensi.
- Pemberian antibiotik untuk infeksi.
- Dialisis berulanguntuk memperpanjang harapan hidup pasien.
- Keperawatan :
- Disesuaikan dengan keadaan pasien.
- Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada ahlinya.
- Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
- Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai kemampuannya.
- Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke sindrom nefrotik atau GGK.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GLOMERULONEFRITIS
I. Pengkajian
- Genitourinaria
- Urine keruh
- Proteinuria
- Penurunan urine output
- Hematuri
- Kardiovaskuler
- Neurologis
- Letargi
- Iritabilitas
- Kejang
- Gastrointestinal
- Hematologi
- Anemia
- Azotemia
- Hiperkalemia
- Integumen
II. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
- Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan retensi air dan hipernatremia
- Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukkan perfusi jaringan
serebral normal ditandai dengan tekanan darah dalam batas normal,
penurunan retensi air, tidak ada tanda-tanda hipernatremia.
- Intervensi :
- Monitor dan catat Tekanan Darah setiap 1 – 2 jam perhari selama fase akut.
Rasional: untuk mendeteksi gejala dini perubahan Tekanan Darah dan menentukan intervensi selanjutnya.
- Jaga kebersihan jalan nafas, siapkan suction
Rasional: serangan dapat terjadi karena kurangnya perfusi oksigen ke otak
- Atur pemberian anti Hipertensi, monitor reaksi klien.
Rasional: Anti Hipertensi dapat diberikan karena tidak terkontrolnya Hipertensi yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal
- Monitor status volume cairan setiap 1 – 2 jam, monitor urine output (N : 1 – 2 ml/kgBB/jam).
Rasional: Monitor sangat perlu karena perluasan volume cairan dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.
- Kaji status neurologis (tingkat kesadaran, refleks, respon pupil) setiap 8 jam.
Rasional: Untuk mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada status neurologis, memudahkan intervensi selanjutnya.
- Atur pemberian diuretic : Esidriks, lasix sesuai order.
Rasional: Diuretic dapat meningkatkan eksresi cairan.
- Peningkatan volume cairan berhubungan dengan oliguri
- Kriteria Evaluasi: Klien dapat mempertahankan volume cairan dalam batas normal ditandai dengan urine output 1 - 2 ml/kg BB/jam.
- Intervensi :
- Timbang BB tiap hari, monitor output urine tiap 4 jam.
Rasional: Peningkatan BB merupakan indikasi adanya retensi cairan,
penurunan output urine merupakan indikasi munculnya gagal ginjal.
- Kaji adanya edema, ukur lingkar perut setiap 8 jam, dan untuk anak laki-laki cek adanya pembengkakan pada skrotum
Rasional: Peningkatan lingkar perut danPembengkakan pada skrotum merupakan indikasi adanya ascites.
- Monitor reaksi klien terhadap terapi diuretic, terutama bila menggunakan tiazid/furosemide.
Rasional: Diuretik dapat menyebabkan hipokalemia, yang membutuhkan penanganan pemberia potassium.
- Monitor dan catat intake cairan.
Rasional: Klien mungkin membutuhkan pembatasan pemasukan cairan
dan penurunan laju filtrasi glomerulus, dan juga membutuhkan pembatasan
intake sodium.
- Kaji warna warna, konsentrasi dan berat jenis urine.
Rasional: Urine yang keruh merupakan indikasi adanya peningkatan protein sebagai indikasi adanya penurunan perfusi ginjal.
- Monitor hasil tes laboratorium
Rasional: Peningkatan nitrogen, ureum dalam darah dan kadar kreatinin indikasi adanya gangguan fungsi ginjal.
- Perubahan status nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan anorexia.
- Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukan peningkatan intake ditandai dengan porsi akan dihabiskan minimal 80%.
- Intervensi :
- Sediakan makan dan karbohidrat yang tinggi.
Rasional: Diet tinggi karbohodrat biasanya lebih cocok dan menyediakan kalori essensial.
- Sajikan makan sedikit-sedikit tapi sering, termasuk makanan kesukaan klien.
Rasional: Menyajikan makan sedikit-sedikt tapi sering, memberikan
kesempatan bagi klien untuk menikmati makanannya, dengan menyajikan
makanan kesukaannya dapat menigkatkan nafsu makan.
- Batasi masukan sodium dan protein sesuai order.
Rasional: Sodium dapat menyebabkan retensi cairan, pada beberapa
kasus ginjal tidak dapat memetabolisme protein, sehingga perlu untuk
membatasi pemasukan cairan.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue.
- Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukan adanya peningkatan
aktivitas ditandai dengan adanya kemampuan untuk aktivitas atau
meningkatnya waktu beraktivitas.
- Intervensi :
- Buat jadwal/periode istirahat setelah aktivitas.
Rasional: Dengan periode istirahat yang terjadual menyediakan
energi untuk menurunkan produksi dari sisa metabolisme yang dapat
meningkatkan stress pada ginjal.
- Sediakan / ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas yang menantang sesuai dengan perkembangan klien.
Rasional: Jenis aktivitas tersebut akan menghemat penggunaan energi dan mencegah kebosanan.
- Buat rencana / tingkatan dalam keperawatan klien agar tidak
dilakukan pada saat klien sementara dalam keadaan istirahat pada malam
hari.
Rasional: Tingkatan dalam perawatan/pengelompokan dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan tidurnya.
- Gangguan istirahat tidurberhubungan dengan immobilisasi dan edema.
- Kriteria / Evaluasi: Klien dapat mempertahankan integritas kulit
ditandai dengan kulit tidak pucat, tidak ada kemerahan, tidak ada edema
dan keretakan pada kulit/bersisik.
- Intervensi :
- Sediakan kasur busa pada tempat tidur klien
Rasional: Menurunkan resiko terjadinya kerusakan kulit.
- Bantu merubah posisi tiap 2 jam.
Rasional: Dapat mengurangi tekanan dan memperbaiki sirkulasi, penurunan resiko terjadi kerusakan kulit.
- Mandikan klien tiap hari dengan sabun yang mengandung pelembab.
Rasional: Deodoran / sabun berparfum dapat menyebabkan kulit kering, menyebabkan kerusakan kulit.
- Dukung / beri sokongan dan elevasikan ekstremitas yang mengalami dema.
Rasional: Meningkatkan sirkulasi balik dari pembuluh darah vena untuk mengurangi pembengkakan.
- Jika klien laki-laki scrotum dibalut.
Rasional: Untuk mengurangi kerusakan kulit
Daftar Pustaka
- Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarth edisi 8 volume 2, Sozannie, Smeltzer and Brenda.E.Bare, penerbit EGC, Jakarta 2002.
- Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit buku 2 edisi 4, Penerbit EGC, Jakarta 1995.
- Buku saku Keperawatan Pediatri, Cecily L.Betz dan Linda A. Sowden, Edisi 3, Penerbit EGC Jakarta 2002.
- Pedoman Praktek Keperawatan, Sandra M.Nettina, Penerbit EGC, Jakarta.
- Perawatan Anak Sakit, Ngastiyah, Penerbit EGC, Jakarta 1997.
- Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Barbara Engram, Volume I, Penerbit EGC, Jakarta 1998.
- Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Barbara C. Long, Bandung 1996.
0 komentar:
Posting Komentar