Nicolas Steno's 374th Birthday - Hari ini Google tampil dengan logo unik untuk memperingati 374 tahun kelahiran Nicolas Steno.
Nicolas Steno (Danish: Niels Stensen; Latinized to Nicolaus Steno -gen. Nicolai Stenonis-, Italian Niccolo' Stenone). dilahirkan di Kopenhagen Denmark pada tanggal 11 Januari 1638.
Nicolas Steno diberi gelar The Father of Geology berkat 4 Hukumnya yang terkenal dalam bukunya Dissertationis prodromus yang diterbitkan pada tahun 1669 yaitu :
Nicolas Steno (Danish: Niels Stensen; Latinized to Nicolaus Steno -gen. Nicolai Stenonis-, Italian Niccolo' Stenone). dilahirkan di Kopenhagen Denmark pada tanggal 11 Januari 1638.
Nicolas Steno diberi gelar The Father of Geology berkat 4 Hukumnya yang terkenal dalam bukunya Dissertationis prodromus yang diterbitkan pada tahun 1669 yaitu :
Hukum superposisi : mengatakan bahwa suatu lapisan batuan sedimen pada suatu strata yang ridak terganggu secara tektonik lebih muda dari yang dibawahnya dan lebih tua dari yang berada diatasnya.
Hukum Cross-Cutting : Hukum ini menyatakan bahwa “Batuan yang terpotong mempunyai umur geologi yang lebih tua daripada yang memotong.”
Hukum Kontinuitas Lateral : Pengendapan lapisan batuan sedimen akan menyebar secara mendatar, sampai menipis atau menghilang pada batas cekungan dimana ia diendapkan. Lapisan yang diendapakna oleh air terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk.
Hukum Horizontalitas : Sedimen yang baru terbentuk cenderung mengikuti bentuk dasarnya dan cenderung untuk menghorizontal, kecuali cross bedding. Hal ini karena pengaruh sedimen dikontrol oleh hukum gravitasi dan hidrolika cairan.
Biografi Nicolas Steno
Nicolas Stone lahir pada 11 Januari 1638 di Kopenhagen, Denmark. Ayahnya seorang tukang emas (goldsmith) yang bekerja untuk King Christian IV, raja Denmark waktu itu.
Nicolas Stone lahir pada 11 Januari 1638 di Kopenhagen, Denmark. Ayahnya seorang tukang emas (goldsmith) yang bekerja untuk King Christian IV, raja Denmark waktu itu.
Setelah merampungkan pendidikan universitasnya, Steno memutuskan untuk
berkeliling Eropa dan menemui ilmuwan-ilmuwan hebat dari Jerman,
Prancis, Italia dan Belanda. Akibat sering bersentuhan dengan dunia
ilmiah, Steno terlatih untuk mengasah kemampuan observasinya. Ia lebih
mempercayai apa yang dilihatnya dengan mata kepala sendiri walaupun
hasil observasinya sangat bertentangan dengan doktrin tradisional yang
(pada waktu itu) penuh mitos dan takhayul.
Di kota Amsterdam,
Steno menjadi murid Gerard Basius dan meneliti sistem limfa, hingga
menemukan struktur baru yang terdapat di kepala kelinci, anjing, dan
domba. Struktur itu pun diberi nama “ductus stenonianus".
Beberapa bulan kemudian, Steno hijrah ke Leiden dan mempelajari
jantung. Bulan-bulan berikutnya, berbagai kota di Eropa disinggahinya
sambil menjalin pertemanan dengan tokoh-tokoh terkemuka dan menjadi
anggota asosiasi sains ternama sebagai ahli anatomi.
Pada Oktober 1666, dua nelayan menangkap hiu betina superbesar di
dekat kota Livorno. Kepala hiu itu dikirim ke Steno untuk diteliti .
Steno menyadari bahwa bentuk gigi hiu itu sangat mirip dengan
sejenis “batu” aneh yang sering terselip di lapisan-lapisan batuan,
yang mana orang-orang menyebutnya sebagai “batu lidah (tongue stones)”
Penjelasan yang populer waktu itu salah satunya datang dari Pliny the
Elder, yang mengklaim bahwa itu adalah batu yang jatuh dari langit,
berasal dari pecahan Bulan. Yang lainnya menyatakan kalau batu itu
“tumbuh” secara alami di antara batuan! Ini khas pendekatan
Aristoteles. Namun, seorang ahli bernama Fabio Colonna justru menulis
bahwa sebenarnya batu itu gigi hiu, namun masalahnya komposisi “batu
lidah” jauh berbeda dengan gigi hiu asli. Steno setuju dengan
pendapat Fabio dan menambahkan bahwa komposisi gigi hiu bisa berubah
tanpa kehilangan bentuknya sesuai dengan teori mineral replacement.
Beberapa buku Steno yang terkenal Steno landmark’s theory “rekaman fosil (fossil record) merupakan kronologi dari makhluk hidup di zaman-zaman yang berbeda” juga Steno’s law “sudut bidang-bidang Kristal sama untuk semua spesimen dari Kristal yang sama.”
Sampai sekarang Hukum Horizontalitas tetap menjadi basis dari studi kristalografi.
0 komentar:
Posting Komentar