Dalam artikel 'Jangan Sampai Berhenti di Mobil Esemka Saja', kami
mengundang pembaca Yahoo untuk memberi pendapat tentang apa-apa saja
yang perlu dilakukan agar pengembangan mobil Esemka bisa mulai
terlaksana.
Yang terpenting dalam berita soal mobil Esemka
adalah adanya sekumpulan anak-anak SMK, dengan bantuan sebuah bengkel
mobil, telah berhasil merakit sebuah mobil. Jangan terlalu berfokus pada
perdebatan politik yang terjadi di sana. Inovasi teknologi jarang
menjadi prioritas di Indonesia, sehingga kemunculan mobil Esemka
seharusnya dilihat sebagai upaya merangsang inovasi-inovasi teknologi
lain itu.
Banyak pembaca Yahoo Indonesia yang tak ingin Esemka
menjadi sebuah kesempatan yang terlewatkan. Lalu, kami bertanya apa yang
bisa menjadi langkah selanjutnya untuk mengembangkan mobil Esemka?
Apa
yang menurut Anda bisa dilakukan pemerintah, baik pusat maupun wilayah,
untuk mendorong munculnya lebih banyak penelitian dan inovasi
teknologi? Lalu, bagaimana sekolah bisa mendorong murid-murid untuk
melakukan lebih banyak eksperimen ilmiah?
Pembaca kami, Danang,
memberi enam poin di bawah ini, dan banyak pembaca lain yang mengajukan
argumen pendukung. Sementara satu poin terakhir adalah usulan beberapa
pembaca yang terus berulang di forum komentar kami. Apa saja yang bisa
dilakukan untuk membesarkan mobil Esemka? Berikut jawabannya:
1) Anggaran dana untuk riset dan pengembangan Tak
bisa dipungkiri lagi bahwa pemerintah Indonesia belum memberi perhatian
cukup untuk pengembangan dan riset teknologi, terlihat dari segi dana.
Maka, pembaca kami, Danang, memberi saran perlunya alokasi anggaran
cukup untuk riset dan pengembangan, baik di level SMK/SMU maupun
perguruan tinggi.
Pembaca Benyamin Pasullean menambahkan, "Dana
yang serba kecil itu, masih disunat lagi oleh pimpinan instansi dengan
berbagai cara dan alasan. Akibatnya banyak peneliti yang frustrasi. Jika
negeri kita ingin maju, pengiriman SDM keluar negeri untuk menimba
ilmu, yang sudah berjalan dengan baik selama ini, harus dibarengi dengan
penyediaan ruang memadai untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat. Salah
satunya adalah dana penelitian yang cukup. Harusnya APBN dan APBD
menyediakan dana penelitian dan pengembangan 20%. Masalahnya adalah apa
penentu kebijakan rela?"
Hary Mulya juga menambahkan, perlu koin
untuk pengetahuan, karena semua negara maju mengeluarkan anggaran besar
untuk kemajuan umat manusia. "Sudah 66 tahun Indonesia merdeka, tetapi
blm punya pemerintah yang mendukung rakyatnya untuk mengembangkan
imajinasi dan teknologi yang lahir dari ide sendiri. Apakah akan
selamanya kita sebagai pembeli teknologi bukan sebagai pembuat?"
Sementara
menurut Vitria, perlu ada jaringan kerja sama SMK se-Indonesia untuk
menyediakan suku cadang mobil Esemka. Jadi layanan purna jualnya akan
memberi manfaat bagi murid-murid SMK se-Indonesia.
2) Memperbanyak kompetisi-kompetisi terkait pengembangan riset dan teknologi untuk merangsang ide-ide baruMenurut
Orang Udik, di Australia ada program televisi "New Inventions", berupa
kompetisi yang terbuka untuk umum, sehingga masyarakat tergerak untuk
berinovasi teknologi dan menampilkan hasilnya di televisi nasional.
Pembaca
Kapuyuak menambahkan, Esemka hanya satu dari banyak kreasi anak bangsa
yang tidak pernah muncul ke permukaan karena tidak ada perhatian dan
minim publikasi. "Ke depan sebaiknya pemerintah melakukan identifikasi
berbagai pencipta mobil nasional di seluruh Indonesia dan kemudian
melakukan seleksi dan pembinaan mana yang layak dijual secara komersial.
Siapa tahu ada yang lebih baik dari Esemka tapi tidak mendapat
publikasi, sehingga tenggelam begitu saja."
3)
Membuat BUMN semacam IPTN kembali sebagai wadah untuk menyalurkan hasil
penelitian skala kecil, agar hasil penelitian tidak mati Diharapkan
dengan berdirinya BUMN semacam IPTN atau BUMN pembuat teknologi maka
hasil anak-anak bangsa bisa diproduksi dalam skala besar. Rudi juga
berpendapat, "Harusnya BUMN bisa ambil peran sentral dalam produksi
masal. Indonesia saat ini jadi permainan pemasaran produksi luar negeri,
mereka berlomba-lomba menawarkan yang terbaru, karena tahu (kita)
sebagai bangsa konsumtif."
Sementara Kaisar menambahkan, bahwa
penting bagi mobil Esemka untuk segera melakukan standarisasi teknis
melalui Kemenristek dan BPPT serta melakukan standarisasi administratif
sebelum produksi massal dan dipasarkan ke seluruh nusantara. Selain itu,
perlu juga untuk menggandeng sektor privat. Seperti kata Antonius,
perlu untuk menjalin kerjasama dengan pabrikan kendaraan yang terdapat
di Indonesia sebelum memproduksi massal mobil Esemka.
4) Mendorong masyarakat untuk lebih memilih menggunakan produk-produk dalam negeriJonathan
mengharapkan mobil Esemka bisa mengikuti Pameran Mobil Nasional di
Jakarta. "Agar masyarakat luas dapat langsung mengetahui produk bapak.
Pasar lapisan bawah justru menurut saya jauh lebih banyak dan harus
dikejar, sebelum mobil impor dari Cina memasuki pasar dalam negeri."
Pertama,
menurut Antonius, perlu dilakukan analisis pasar untuk menentukan harga
mobil. Tentunya, masyarakat menyukai mobil yang harga murah. Ini
dibenarkan oleh pembaca Khus, "Sayang sekali, bagi kami harga 95 juta
masih terlalu jauh dari jangkauan. Kalau bisa, bikin mobil yang harganya
seperti Nano di India, Rp 20 jutaan."
Selain dengan harga yang
murah, ada beberapa cara lain untuk membuat masyarakat lokal bisa
memilih menggunakan produk dalam negeri. Menurut Dedy Yuanda,
"Pemerintah harus memberikan fasilitas dengan membebaskan pajak produksi
dan pajak pembelian. Utamakan pemasaran dalam negeri, dan lanjutkan
untuk ekspor. Jangan persulit urusan birokrasi. Pemerintah memberikan
izin uji kelayakan dan membantu biayanya sekalian biaya produksi."
Pemerintah
perlu membuat kebijakan membatasi impor untuk barang-barang luar negeri
yang di dalam negeri sendiri sudah bisa diproduksi. Seperti yang
dikatakan Chairul, "Sekarang apa sih yang nggak bisa dibuat Indonesia?
Pesawat (IPTN) bisa, kapal (PT PAL) bisa, senjata dan kendaraan tempur
(PINDAD), dan bisa buat mobil, terus ngapain nggak pakai produk dalam
negeri yang bisa memajukan bangsa?"
Sementara kata Tanpa Aran,
"Pemerintah tak perlu mendukung, nanti malah ngrepoti saja atau malah
jadi lahan korupsi, cukuplah pemerintah memperlancar segala urusan
perizinan."
Perizinan untuk mobil Esemka atau lambatnya
pengurusan izin mobil menjadi sorotan banyak pembaca Yahoo Indonesia
yang memberi komentar soal mobil Esemka. Dan ini memang yang jadi
hambatan utama mobil Esemka. Seperti dikatakan Wakil
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, mereka sudah mengurus surat dan
perizinan untuk mobil itu sejak dua tahun lalu kepada Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat, tapi sampai saat ini izin itu belum keluar.
5) Mempercepat proses pengembangan hasil karya skala kecil agar segera bisa diwujudkan menjadi produk terujiBelum
dipasarkan saja, sudah banyak harapan yang ditimpakan pada mobil
Esemka. Salah satu yang menonjol adalah harapan agar Esemka bisa menjadi
mobil yang ramah lingkungan, mengadaptasi teknologi hibrid, sampai
menggunakan teknologi mobil listrik. Alasannya, seperti yang dikatakan
Udayanto, "Jadi negeri ini tidak melulu bergantung dengan BBM."
Carol_dea,
Imas, dan Alvin juga menekankan perlunya pengembangan mobil Esemka
dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan. Sementara, menurut Hery,
"Untuk ke depanya harus dipikirkan juga kendaraan yang irit BBM atau
pemakaian BBM alternatif dan model city car dengan cc kecil irit BBM."
6) Memberikan keteladanan dari para menteri, anggota DPR, dan para pejabat lain untuk menggunakan produk dalam negeriMenurut
Halim, trik dagangnya Jokowi sangat jitu. "Untuk mempopulerkan produk
haruslah pejabat yang pertama kali membeli, tentu saja harus dipantau
terus kualitasnya dari bulan ke bulan harus semakin baik. Kami kira
pemimpin seperti Pak Jokowi inilah yang akan mendongkrak ekonomi rakyat
sehingga pada akhirnya Indonesia akan menjadi negara produsen."
Sementara
Musavi menambahkan ide bagus, "Kalau pemerintah sungguh-sungguh
mendukung, maka seharusnya di dalam anggaran pembelian mobil dinas baru
harus mencantumkan spesifikasi merk lokal, bukan merk asing. Dan
kandungan lokal harus di atas 80%."
7) Sektor perbankan dan koperasiPembaca
Mochamad mengusulkan, "Ayo kita iuran Rp 1000 untuk memberi dana kepada
mereka biar bisa melanjutkan kreativitas dan kualitasnya."
Jika
Rp 1000 terlalu sedikit, Ketut menanyakan, "Apakah mungkin dibentuk
koperasi yang anggotanya adalah rakyat Indonesia pecinta produk
nusantara? Dengan menyetor iuran keanggotaan masing-masing Rp 100 ribu,
dana ini akan digunakan untuk membiayai modal kerja dan investasi mobil
Esemka atau produk-produk unggulan lainnya." Mirza juga mengusulkan agar
dibuka koin investasi mobil Esemka.
Tetapi, yang paling penting
lagi, adalah dukungan dari peminjam dana, alias bank. Setidaknya ada
tiga pembaca, Mochamad, Chacha, dan Antonius yang mengusulkan, pengajuan
kredit modal kerja ke bank adalah langkah awal yang penting untuk
mengembangkan mobil Esemka.
Anda setuju? Apakah ada usulan lain yang belum masuk di sini?
Sumber; Id.yahoo.com
0 komentar:
Posting Komentar